KONTAN.CO.ID – BANDUNG. PT Geo Dipa Energi memasang target bauran energi geothermal atau panas bumi sebesar 10% dalam dua tahun ke depan atau menjadi 260 gigawatt (GW). Dengan target tersebut, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang geothermal ini ingin menggenjot energi listrik yang lebih ramah lingkungan.
Geothermal merupakan sumber energi yang berasal dari panas alamiah di dalam bumi. Direktur Pengembangan Niaga dan Eksplorasi Geo Dipa Energi, Ilen Kardani menyampaikan, saat ini bauran energi PT Geo Dipa Energi hanya mencapai 120 GW, dari 2.300 GW total di Indonesia.
Baca Juga: Geo Dipa Energi (GDE) Kaji Berbagai Opsi Pendanaan Eksternal, Termasuk IPO “Dua tahun ke depan kita akan memiliki 260 GW, sehingga status kita naik menuju ke-10% bauran energi untuk geothermal,” tutur Ilen dalam media briefing, Jumat (8/11). Adapun Ilen membeberkan, peningkatan target tersebut juga sejalan dengan sudah banyaknya investor yang menawarkan pembangunan geothermal. Rata-rata investor tertarik karena mereka juga fokus pada pentingnya pembangunan energi hijau. “Hampir setiap bulan kita menerima tawaran kerja sama untuk pengembangan geothermal, mengapa? Dunia sekarang didorong sedang ke arah
green energy,” ungkapnya. Ia membeberkan, investor yang dulunya hanya fokus pada energi fosil, saat ini sudah banyak yang beralih ke energi hijau.
Baca Juga: Wacana Holding Geothermal Bergulir, Pertamina Geothermal (PGEO) Digandang jadi Induk Lebih lanjut, Ilen membeberkan saat ini pihaknya sudah mendapatkan komitmen pendanaan untuk pengembangan di Dieng unit III dan IV. Di samping itu, PT Geo Dipa Energi juga akan bekerja sama dengan pihak lain untuk pengembangan Dieng unit VI dan VII. “Untungnya kita sudah berada zona
green energy, yang lain masih di sini (fosil), kita sudah di
green, sehingga kita menjadi tujuan investasi untuk
green energy. Karena nanti ke depan, kalau Indonesia memberlakukan
carbon tax, itu
green energy akan menjadi lebih bergairah sekali,” tambahnya. Meski begitu, untuk memproses datangnya investor tersebut, masih diperlukan pembangunan infrastruktur dasar yang memadai. Ia juga menekankan, Indonesia tidak kekurangan investor yang berminat untuk berinvestasi di sektor energi ramah lingkungan di Indonesia.
Baca Juga: Harga Listrik Terlalu Murah, Lapangan Panas Bumi Tidak Bisa Tambah Kapasitas “Salah satu contoh, Patuha unit II belum selesai dibuat, tapi sudah ada yang memberikan
grant sebesar US$ 10 juta untuk membeli
carbon creditnya. Belum jadi pun sudah ada yang ngasih US$10 juta,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli