Geopolitik dan Ekonomi Global Bergejolak, Harus Pegang Investasi Apa?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat perekonomian global penuh ketidakpastian, aset safe haven menjadi pilihan, ditandai dengan kenaikan harganya. Adapun terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Setikat (AS) membawa gejolak ketidakpastian di perekonomian global.

Sinyal kembalinya proteksionisme perdagangan AS berpotensi mengerek harga barang dan inflasi. Padahal bank sentral AS Federal Reserve baru memulai pemangkasan suku bunga acuan pada September lalu dengan alasan inflasi yang berada di kisaran target.

Prospek kenaikan inflasi akibat perang dagang lagi menyebabkan analis, ekonom, dan pelaku pasar meramalkan bahwa The Fed mungkin akan memperlambat laju pemangkasan suku bunga.


Pada periode pertama Trump yaitu 2017-2021, tiga instrumen yakni emas, saham, dan bitcoin menunjukkan tren penguatan signifikan. Berdasarkan CoinMarketCap, bitcoin meroket sekitar 3.871%, sementara berdasarkan Bloomberg emas melesat sekitar 61,57%, dan IHSG naik sekitar 21,8%.

Baca Juga: Dolar Tertahan Ekspektasi Kebijakan Trump, Bitcoin Makin Dekat US$ 100.000

Analis Mata Uang dan Komoditas Doo Financial Futures Lukman Leong menyebut, bahkan pada era tersebut indeks saham Dow Jones Industrial Average melesat sekitar 60%, dan indeks S&P 500 melesat sekitar 70%. 

Ia menjelaskan pada era pertama Trump, penguatan disebabkan pemerintahan dari Partai Republik cenderung pro ekonomi. Lukman melihat kenaikan saham pada era tersebut bersifat global. 

Adapun ekonomi global yang sudah pulih dari krisis finansial global 2008, ditambah dukungan oleh suku bunga rendah dan stimulus. 

"AS menggelontorkan stimulus quantitative easing pertama hingga ketiga dari 2008-2014," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (21/11). 

Baca Juga: Obligasi Korporasi Dinilai Bisa Jadi Alternatif di Tengah Lesunya Pasar, Ini Sebabnya

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi juga mengatakan penguatan di era pertama ini terjadi di tengah likuiditas pasar yang besar seiring dengan suku bunga yang kala itu terbilang rendah, sehingga mendongkrak investasi saham yang menjadi alternatif pilihan.

Untuk Bitcoin, Trader Tokocrypto, Fyqieh Facrur mencermati kenaikannya didorong oleh maraknya Initial Coin Offerings (ICO) dan inovasi teknologi seperti SegWit (Segregated Witness), yang meningkatkan efisiensi transaksi.

"Selain itu pada masa pemerintahan Trump, sejumlah faktor mendorong adopsi Bitcoin, termasuk meningkatnya minat media dan perdagangan spekulatif," kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Kamis (21/11). 

Kalau prospek di periode kedua, Lukman mengatakan Bitcoin berpotensi paling melesat. Tengok saja dalam sebulan terakhir kenaikan bitcoin mencapai sekitar 44%, berdasarkan CoinMarketCap. Sedangkan emas dan IHSG sebulan terakhir cenderung melemah. 

Baca Juga: 6 Hal yang Dijauhi Warren Buffett Saat Berinvestasi, Cek Alasannya

Berdasarkan Trading Economics pada Kamis (21/11) pukul 17.39 WIB, harga emas turun 2,83% dalam sebulan terakhir ke level US$ 2.669 per ons troi. Sedangkan berdasarkan RTI, IHSG turun 7,46% dalam sebulan terakhir. 

Namun Lukman menilai prospek instrumen tersebut akan sangat tergantung dengan kebijakan Trump. Menurut dia dengan kebijakan proteksionisme, saham AS diperkirakan akan naik tinggi. Sementara IHSG bisa aja mengekor tapi tidak selalu. 

Adapun dalam janji kampanyenya, Trump menginginkan kebijakan proteksionisme yang lebih besar yakni menerapkan 10% tarif ke semua partner dagang serta maksimal 60% pada China. Hal ini dikhawatirkan investor akan memicu kenaikan inflasi dan memangkas pertumbuhan ekonomi global.

Di sisi lain investor beranggapan bahwa kebijakan Trump akan memberikan imbas positif pada kinerja perusahaan di AS. Selain itu Trump juga menjanjikan kebijakan yang lebih longgar pada perusahaan terutama dalam hal iklim.

"Jadi saham-saham di AS naik tinggi karena outflow asing balik ke negara AS. Selain itu tentunya euphoria AI masih akan terus mendukung indeks AS secara umum," lanjut Lukman. 

Baca Juga: Harga Emas Terdongkrak Perang Rusia-Ukraina dan Ekspektasi Pemangkasan Bunga The Fed

Sedangkan khusus bitcoin, prospeknya sangat besar untuk terus mencapai rekor baru. Ini karena Trump sering mengatakan kalau dia terpilih akan melonggarkan peraturan untuk aset kripto. Trump sendiri juga berkecimpung di kripto.

Meskipun cenderung melemah sejak Trump terpilih, investor optimistis dalam jangka panjang harga emas masih kuat. Oleh sebab itu harga emas masih berpotensi menguat di periode kedua Trump. Proyeksi Lukman, harga emas akan bergerak US$ 2.700 di akhir tahun 2024.

Sementara Audi berpandangan kondisi saat ini akan berbeda dengan periode pertama Trump. Sebab saat ini ketidakpastian ekonomi tengah meningkat, tensi geopolitik pun meningkat dan terjadi pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral. 

"Jika berkaca dari kebijakan Trump, khususnya terkait tensi perdagangan dengan China masih akan menjadi sentimen pemberat pasar," kata Audi kepada Kontan.co.id, Kamis (21/11). 

Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.140 Hari Ini (21/11), Net Sell Asing Tembus Rp 1,13 Triliun

Oleh demikian, periode pemerintahan kedua Trump ini perjalanan instrumen investasi, terutama IHSG, akan lebih konservatif. Tetapi Audi optimistis stabilitas ekonomi makro dalam negeri akan menopang pergerakan pasar. 

Untuk Bitcoin Fyqieh mengatakan periode kedua Trump akan jadi momentum bullish. Menurut dia, sinyal Bitcoin berpotensi mencapai level psikologis US$ 100.000 dalam waktu dekat. Apalagi Trump telah mengangkat sejumlah pejabat pro-kripto ke posisi penting dan menciptakan lingkungan politik yang mendukung pertumbuhan industri aset digital ini. 

Adapun di tengah kondisi ketidakpastian, Audi mengatakan investor dapat memanfaatkan momentum lebih selektif dan dengan tenor jangka waktu yang lebih pendek. Dia merekomendasikan untuk melakukan diversifikasi dengan rasio 60% defensif seperti obligasi, reksadana, atau emas. Sedangkan sisanya 40% di saham. 

Lukman juga setuju strategi terbaik tetap diversifikasi saham, kripto, emas dan obligasi pemerintah atau tunai. Dia merekomendasikan alokasi di bitcoin 10%-20% saja, kemudian emas 20%, saham 30%, obligasi 10%, sisanya di reksadana. 

Selanjutnya: MU Berencana Pulangkan Angel Gomes, Strategi Cerdas di Tengah Keterbatasan Dana

Menarik Dibaca: Sistem Face Recognition di Stasiun Kereta Telah Digunakan 5,85 Juta Kali Selama 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati