Geopolitik Timur Tengah Memanas, Ekonomi China Melambat, KSSK Diminta Antisipasi



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketidakpastian perekonomian global dikhawatirkan berdampak buruk bagi perekonomian domestik. Data terkini, konflik geopolitik di Timur Tengah kembali memanas, juga perekonomian China mengalami perlambatan.

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menyampaikan, untuk menghadapi dampak global tersebut, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Indonesia harus mewaspadai perkembangan ekonomi global.

“Sehingga mau tidak mau ekonomi kita harus mengandalkan aktivitas domestik, supaya perekonomian kita tetap tumbuh agresif di atas 5% (2024),” tutur Myrdal kepada Kontan, Jumat (18/10).


Myrdal menyoroti, geopolitik di Timur Tengah dan perlambatan ekonomi China akan membuat performa perdagangan internasional Indonesia atau ekspor dan impor relatif kurang agresif. Disamping itu, kinerja investasi juga dikhawatirkan akan melandai.

Baca Juga: Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Lebih Dari 5%

Akibat konflik di Timur Tengah dan perlambatan ekonomi China tersebut, diperkirakan investasi dari negara-negara di wilayah tersebut seperti Arab Saudi, dan juga negara di Asia Timur terutama China akan berkurang.

Untuk menghadapi rambatan global tersebut, Myrdal menyarankan agar pemerintah membuat kebijakan di sektor perdagangan dan mengarahkan agar pelaku bisnis terutama eksportir untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara yang tidak sedang berkonflik.

Disamping itu, pemerintah juga bisa mengarahkan agar pelaku bisnis mengandalkan negara mitra dagang seperti negara ASEAN, India Ataupun Amerika Serikat.

“Jadi mau tidak mau kita harus aktif menjalin kerjasama atau menjalankan komunikasi dengan negara mitra dagang utama yang memang potensinya bagus Seperti ASEAN, India ataupun juga termasuk Amerika Serikat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, untuk menghadapi rambatan dari geopolitik di Timur Tengah yang bisa menyebabkan harga minyak membengkak, pemerintah disarankan untuk menyiapkan stabilisasi harga energi domestik agar menjaga daya beli masyarakat.

Myrdal juga berharap, iklim suku bunga Bank Indonesia (BI) bisa diturunkan kembali, untuk menjaga stabilitas harga komoditas, baik itu pangan maupun energi.

“Karena kan mau tidak mau dengan kondisi tersebut kita harus mengandalkan aktivitas berbasis ekonomi domestik,” ungkapnya

Baca Juga: KSSK Waspadai Rambatan Konflik Di Timur Tengah yang Kembali Memanas

Selanjutnya: Lesunya Daya Beli Masyarakat Berdampak pada Penurunan Premi Bisnis Asuransi Kredit

Menarik Dibaca: Jelang Pelantikan Presiden RI, Perjalanan Commuter Line Ditambah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati