KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi salah satu emiten tambang batubara yang cukup rajin mendiversifikasi bisnis. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut setidaknya memiliki tiga agenda bisnis saat ini, mulai dari gasifikasi batubara, proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel 8, hingga rencana pengembangan panel surya. Di segmen gasifikasi, PTBA sedang dalam tahap membangun pabrik pengolahan batubara menjadi dymethil eter (DME) yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Pabrik hilirisasi batubara tersebut akan mengolah sebanyak 6 juta ton batubara per tahun dan diproses menjadi 1,4 juta ton DME yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti liquified petroleum gas (LPG). Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, DME ini memiliki nilai keekonomian yang tinggi sebagai pengganti (substitusi) LPG yang selama ini masih diimpor. ”Dengan adanya DME ini maka tidak usah impor LPG lagi. Artinya, kita menghemat devisa negara dan neraca perdagangan,” terang Arviyan saat paparan kinerja Bukit Asam yang digelar virtual, Jumat (6/11).
Getol diversifikasi bisnis, begini dampaknya ke kinerja Bukit Asam (PTBA)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi salah satu emiten tambang batubara yang cukup rajin mendiversifikasi bisnis. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut setidaknya memiliki tiga agenda bisnis saat ini, mulai dari gasifikasi batubara, proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel 8, hingga rencana pengembangan panel surya. Di segmen gasifikasi, PTBA sedang dalam tahap membangun pabrik pengolahan batubara menjadi dymethil eter (DME) yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Pabrik hilirisasi batubara tersebut akan mengolah sebanyak 6 juta ton batubara per tahun dan diproses menjadi 1,4 juta ton DME yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti liquified petroleum gas (LPG). Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, DME ini memiliki nilai keekonomian yang tinggi sebagai pengganti (substitusi) LPG yang selama ini masih diimpor. ”Dengan adanya DME ini maka tidak usah impor LPG lagi. Artinya, kita menghemat devisa negara dan neraca perdagangan,” terang Arviyan saat paparan kinerja Bukit Asam yang digelar virtual, Jumat (6/11).