KONTAN.CO.ID – BADUNG. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Korea melalui
Global Green Growth Institute (GGGI) terkait investasi untuk kendaraan listrik, utamanya melalui penyediaan bus listrik dan infrastruktur pendukung. Nilai investasi yang digelontorkan GGGI untuk investasi kendaraan listrik dan infrastruktur pendukung ini sebesar Korea Won (KRW) 11,1 miliar atau sekitar US$ 8,8 juta. Jika dirupiahkan nilai investasi ini mencapai Rp 131,48 miliar (setara Rp 11,85 per 1 KRW). Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, Vivi Yulaswati, menyampaikan bahwa proyek ini sangat penting mengingat Bali, sebab daerah tersebut menjadi tujuan wisata yang tidak hanya oleh masyarakat Indonesia melainkan juga di dunia.
Baca Juga: Biaya Sewa yang Tinggi Mendongkrak Inflasi Konsumen AS Pada November Selain itu, proyek kendaraan listrik dan infrastruktur pendukung ini juga akan mendorong Bali menjadi daerah yang lebih ramah lingkungan. Sebab, rata-rata bahan bakar kendaraan pengguna kendaraan di Bali masih menggunakan fosil. “Penggunaan bahan bakar fosil yang terus menerus tentunya akan meningkatkan emisi efek rumah kaca, dan subsidi energi (yang bengkak),” tutur Vivi dalam agenda
Piloting Electric Vehicle Systems and Developing a Green transportation Investment Roadmap for Bali Project, Rabu (13/12). Ia menyebut, sektor transportasi menjadi penyumbang terbesar kedua efek rumah kaca. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan sistem transportasi yang terintegrasi, ramah lingkungan, juga memenuhi kebutuhan penduduk serta wisatawan di Bali.
Baca Juga: Anak Indika Energy Jadi Distributor Bus Listrik Hyundai, Kota Mana yang Disasar? Agar pembangunan ke depannya lebih seimbang, Vivi menyampaikan upaya menjaga ekosistem di Bali harus ada transformasi pembangunan yang lebih ramah lingkungan, melakukan upaya
dekarbonisasi di bidang transportasi, yang juga didukung oleh energi transisinya. Dalam kesempatan yang sama, Country Representative GGGI di Indonesia Jaeseung Lee menyampaikan, sekitar 2 tahun lalu, pihaknya melakukan diskusi bersama Indonesia terkait bagaimana bisa menghadirkan sektor pendukung yakni
charging kendaraan listrik di Bali. “Akhirnya Bappenas dan GGGI sepakat untuk bekerja sama terkait investasi kendaraan listrik dan pendukungnya dan berlangsung hingga saat ini,” tutur Lee. Lee menyampaikan, proyek ini bukan hanya sekedar menghadirkan kendaraan listrik, melainkan juga sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki polusi udara, mempersiapkan masa depan yang berkelanjutan. Untuk diketahui, selain menghadirkan kendaraan listrik di Bali, proyek ini juga akan mendukung Pemerintah Provinsi Bali melakukan uji coba Sistem Kendaraan Listrik dan mengembangkan peta jalan investasi transportasi hijau untuk memungkinkan implementasi e-mobilitas berskala penuh dan inklusif di Bali.
Baca Juga: Menyusuri Jejak Ekspansi UNTR, Membenam Investasi Rp 15,13 Triliun Demi Diversifikasi Proyek ini akan selaras dan melengkapi inisiatif dan peta jalan yang sudah ada untuk mengembangkan Sektor E-Mobilitas di Bali. Kerjasama GGGI dengan provinsi Bali akan berlangsung mulai 2023 hingga 2027 mendatang.
Adapun alasan Bali menjadi tujuan investasi ini adalah karena, Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia, bisnis yang berhubungan dengan pariwisata menyumbang 80% dari perekonomian Bali. Sebagian besar layanan transportasi menggunakan mobil pribadi dan mobil sewaan berbasis bahan bakar fosil serta sepeda motor, yang melibatkan banyak UMKM. Sektor pariwisata secara internasional telah menunjukkan minat yang meningkat terhadap produk dan layanan yang hijau. Oleh karena itu, konsentrasi mereka di Bali memberikan kesempatan yang sangat baik untuk penyerapan dan demonstrasi transportasi hijau. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli