Ghana Gagal Panen, Harga Kakao Bisa Semakin Melambung



KONTAN.CO.ID - Produksi kakao Ghana kembali mengalami penurunan setelah selesainya musim panen pada akhir Juni lalu. Data Dewan Pemasaran Cocobod pada Selasa (16/7) melaporkan hasil panen turun 55% menjadi 429.323 metrik ton.

Pada tanggal 21 Juni, Cocobod mengumumkan dimulainya panen ringan di Ghana. Panen ini lebih kecil dari dua panen tahunannya dan hanya menyumbang kurang dari 10% produksi satu musim penuh.

Produksi kakao tahunan Ghana rata-rata mencapai 800.000 ton selama lima musim terakhir. Data Organisasi Kakao Internasional mencatat puncak produksi tertinggi terjadi pada tahun 2020/2021 yang mencapai lebih dari 1 juta ton.


Namun pada tahun-tahun berikutnya mulai terjadi penurunan produksi. Tahun 2021/2022 produksi musim penuh sebesar 683.269 ton dan pada tahun 2021/22 sebesar 656.140 ton.

Baca Juga: Asosiasi Industri Apresiasi Pemerintah Tingkatkan Produktivitas Kakao

Data menunjukkan bahwa dua wilayah penghasil kakao utama di Ghana meliputi Ashanti dan Western South mengalami penurunan produksi. Ashanti memproduksi 103,976 ton biji kopi pada akhir bulan Juni, dibandingkan dengan angka satu musim penuh sebesar 160,855 ton pada musim lalu. Sementara itu, Western South mencatat produksi sebesar 96.810 ton pada akhir Juni, dibandingkan dengan 152.277 ton pada musim lalu.

Produsen kakao terbesar di dunia mengalami kendala akibat terdampak kondisi cuaca buruk, penyakit poho hingga dampak pertambangan informal dan penyelundupan.

Melansir Reuters, Nana Kwesi Barning, Koordinator Platform Kakao Masyarakat Sipil Ghana mengatakan penyakit pucuk bengkak (CSSVD) dan penambangan emas rakyat (galamsey) bertanggung jawab terhadap penurunan produksi tersebut.

“Galamsey dan CSSVD sangat besar di sana, terutama galamsey, berdasarkan analisis kami,” katanya kepada Reuters.

Baca Juga: Tertekan Harga Kakao, Volume Penjualan Barry Callebaut Jatuh

Ia yang juga seorang petani besar di wilayah Barat Selatan dengan luas perkebunan sekitar 80 hektar, mengatakan lebih dari separuh kakaonya harus ditebang dan ditanam kembali karena pucuknya bengkak. Kemudian penambangan emas ilegal, katanya, membuat generasi muda tidak mau bekerja di kebun kakao.

Bencana panen di Ghana dan Pantai Gading sebagai dua negara produsen kakao terbesar di dunia telah menggerek harga sejak awal tahun. Kedua negara tersebut, secara keseluruhan menyumbang 60% pasokan dunia. 

Editor: Putri Werdiningsih