KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan ekspor minyak sawit atau
crude palm oil (CPO) mengalami peningkatan sebesar 24% pada Agustus menjadi 2,98 juta ton dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,4 juta ton. Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) pun membenarkan hal tersebut. Meski begitu, dia melihat, ada kemungkinan jumlah ekspor sawit pada September justru mengalami penurunan. Penyebabnya adalah penetapan tarif bea masuk CPO yang ditetapkan India dua kali lipat dari 7,5% menjadi 15%.
"Mereka memang akan tetap mengimpor, tetapi menurut saya itu tergantung bagaimana panen kedelai di sana, apakah parah karena terkendala musim kering. Mereka juga penghasil kedelai walau tidak banyak," tutur Sahat Kepada Kontan.co.id, Selasa (10/10). Sahat mengungkap, meningkatnya jumlah ekspor bulan Agustus merupakan pemesanan yang sudah dilakukan sejak bulan-bulan sebelumnya. "Ekspor Agustus itu sudah dijual Mei, bukan bulan itu saja. Jadi kalau sudah ada komitmen,
buyer harus tetap membeli. Tetapi saya rasa dampaknya baru akan ada di September atau Oktober," tambahnya. Peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia juga disumbang oleh permintaan dari China pada Agustus yang meningkat sebesar 169% dari bulan Juli atau dari 167.280 ton menjadi 449.200 ton. Sahat bilang permintaan di China memang cukup besar mengingat gagal panen kedelai yang mereka alami. Menurutnya, jumlah ekspr dari China tergantung dari posisi stok bahan baku minyak nabati yang mereka miliki. Sampai saat ini, pasar ekspor minyak sawit Indonesia yang paling besar adalah India, yang disusul oleh India, Cina, Eropa, dan Pakistan. "Amerika Serikat masih kecil, mereka lebih banyak mengimpor dari Malaysia dan negara penghasil minyak sawit lainnya.
Sahat mengungkap, hingga Agustus, total produksi Crude Palm Oil (CPO) sudah mencapai 23,6 juta, dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) mencapai 2,3 juta ton. Diperkirakan hingga 2017 produksi CPO akan mencapai 39 juta ton, dan CPKO sebesar 3,8 juta ton. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2016 dimana produksi CPO sebesar 32,5 juta ton dan produksi CPKI sebesar 3,1 juta ton. Sementara untuk ekspor produk minyak sawit hingga Agustus sudah mencapai 21,1 ton dan diproyeksikan hingga akhir tahun ekspor produk minyak sawit akan sebesar 31,1 juta ton. Dia bilang angka ini menigkat dibandingkan ekspor produk minyak sawit pada 2016 yakni sebesar 26,6 juta ton. Dari total ekspor tersebut, Saha menjelaskan bahwa produk hilir sawit berkontribusi sebesar 80% dan CPO sebesar 20%. Menurutnya ekspor poduk hilir ini masih bisa ditingkatkan apabila pungutan untuk beberapa produk hilir CPO diturunkan. Ini bertujuan supaya produk hilir sawit Indonesia dapat bersaing di pasar Internasional. Sayangnya, penetapan pungutan terhadap beberapa produk hilir sawit menimbulkan kerugian pada pengekspor. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia