Giro wajib minimum (GWM) dilonggarkan, bank malah pilih koleksi surat berharga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah Bank Indonesia melonggarkan Giro Wajib Minimum 50 bps guna mendorong pertumbuhan kredit tak sejalan dengan realisasi di lapangan. Alih-alih ekspansi kredit, beberapa bank lebih memilih membeli surat berharga.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100) Rohan Hafas misalnya menyatakan, tambahan likuiditas yang didapat bank berlogo pita emas akan digunakan untuk penempatan ke surat berharga.

“Tambahan likuiditas dari pelonggaran GWM tak membuat kredit lebih ekspansif. Lebih ke instrumen pasar uang, ada yang bisa kita beli MTN, obligasi jangka pendek sebelum disalurkan ke kredit,” katanya saat ditemui d DPR, Selasa (9/7).


Baca Juga: Ekonomi lesu, bank tak mau pasang target pertumbuhan kredit terlalu tinggi

Bank Mandiri sendiri diprediksi akan mendapatkan likuiditas tambahan senilai Rp 4 triliun dari kebijakan pelonggaran GWM tersebut. Rohan menjelaskan langkah tersebut diambil perseroan lantaran Bank Mandiri masih memandang pasar yang belum terlalu kondusif. “Karena melihat pasar, kami tidak mengoreksi RBB (rencana bisnis bank). Target pertumbuhan kredit kami masih 11%,” lanjutnya.

Sedangkan hingga Mei 2019, perseroan telah menyalurkan kredit senilai Rp 713,42 triliun. Nilai tersebut tumbuh 10,96% (yoy) dibandingkan posisi Mei 2018 senilai Rp 642,91 triliun.

Strategi serupa juga akan dilakukan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Presiden Direktur Parwati Surjudaja bahkan bilang sejatinya pelonggaran GWM belum banyak berdampak ke likudiitas perseroan. Loan to deposit ratio (LDR) pun saat ini masih berada di kisaran 90% setelah pelonggaran GWM berlaku efektif awal Juli lalu.

Baca Juga: Sejumlah pemain multifinance masih gencar mencari pinjaman valas di tahun ini

“Pelonggaran GWM membuat bank lebih fleksibel mengelola kelebihan dana, namun karena secara industri pertumbuhan kredit belum membaik, kelebihan dana disalurkan ke portofolio pasar uang, dan belum dapat meningkatkan portofolio kredit,” katanya kepada Kontan.co.id.

Sedangkan hingga Mei 2019, perseroan telah menyalurkan kredit senilai Rp 119,13 triliun, nilai tersebut baru tumbuh 5,40% (yoy) dibandingkan posisi Mei 2018 sebesar Rp 113,02 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi