Giro Wajib Minimum (GWM) melonggar, bank BUMN merah dapat berkah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) yang dilakukan Bank Indonesia sebesar 50 Bps mulai berdampak. Kebijakan yang berlaku efektif awal Juli lalu turut memberi berkah kepada bank-bank pelat merah.

Terkait hal tersebut, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI, anggota indeks Kompas100) Haru Koesmahargyo bilang, pelonggaran GWM membuat likuiditas perseroan bertambah hingga Rp 4,5 triliun.

“Ada tambahan likuiditas sekitar Rp 4,5 triliun, ini terjadi karena sebelumnya giro bank ada di Bank Indonesia, sekarang kembali ke kami sehingga bisa kami lakukan untuk ekspansi kredit,” katanya saat ditemui di Gedung DPR, Kamis (4/7).


sokongan likuiditas segar ini juga membuat bank terbesar di tanah air ini optimistis dapat menjaga Loan to Deposit Ratio (LDR) di kisaran 92% hingga akhir tahun. Pun perseroan juga tak mengubah target rencana bisnis bank pada paruh kedua tahun ini.

“Target dalam RBB pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) tetap di kisaran 12%-14%. Kami jaga agar pertumbuhannya seimbang. Dengan pelonggaran GWM juga ekuitas dan LCR kami kan jadi tinggi, dan LDR kami bisa optimum di posisi 92%,” paparnya.

Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100) Panji Irawan juga menyatakan hal senada. Ia menghitung setidaknya perseroan bakal dapat tambahan likuiditas Rp 4 triliun dari kebijakan bank sentral tersebut.

“Kami dapat p 4 triliun tambahan likuiditas, tapi ini juga akan tergantung komposisi DPK, sesuai kelonggaran yang diberikan oleh BI sebesar 0,5% itu yang jadi tambahan likuiditas kami,” jelas Panji dalam kesempatan yang sama.

Hal serupa meski tak sama juga disampaikan Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) Ahmad Baiquni. Ia bilang pelonggaran GWM setidaknya bisa memberikan likuiditas tambahan hingga Rp 2,5 triliun kepada perseroan.

Sayangnya, di paruh kedua 2019, bank berlogo 46 ini merevisi rencana bisnis bank (RBB) dengan menurunkan target penyaluran kreditnya.

“Kami melihat kemarin di kuartal 1, dan kuartal 2 agak melambat, dan kami tetap harus menjaga kualitas. Kita revised down sekitar 3%-4% dari target awal,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi