GJTL makin leluasa dengan utang baru



JAKARTA. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mencoba melonggarkan tekanan utang. Produsen ban merek GT Radial dan IRC akan menerbitkan obligasi baru US$ 500 juta. Obligasi tersebut akan digunakan mempercepat pembayaran utang lama yang jatuh tempo 2014 senilai US$ 412,49 juta.

Sementara sisanya US$ 87,5 juta untuk membiayai ekspansi memproduksi varian baru ban truck and bus radial (TBR). Analis Bahana Securities, Stifanus Sulistyo, menilai aksi ini menguntungkan bagi GJTL. Sebab, jatuh tempo pembayaran utang GJTL semakin panjang sehingga likuiditas mereka terjaga.

Apalagi, GJTL mengklaim, bunga obligasi baru lebih kecil sehingga beban bunga GJTL makin ringan dan tentu bisa mengangkat laba bersih. Stifanus juga bilang, emiten ini bisa kian ekspansif.


Analis Danareksa Sekuritas, Joko Sogie berpendapat, refinancing ini akan membuat debt to equity ratio (DER) meningkat. Tapi, selama tidak menambah utang baru, DER GJTL masih akan terjaga. "Interest cost perusahaan akan turun menjadi 9%-10% akibat upaya ini," tambah dia.

Apalagi, GJTL berencana menggunakan sebagian dana obligasi untuk ekspansi produk baru. Ini secara otomatis akan memperbesar pasar GJTL dan bisa meningkatkan pendapatan mereka

Prediksi Joko, pendapatan GJTL di tahun ini bisa naik 13,7% dari Rp 13,1 triliun di 2012 menjadi Rp 14,9 triliun. Laba bersih GJTL juga tumbuh 9% dari Rp 1,1 triliun menjadi Rp 1,2 triliun.

Perhitungan Stifanus, pendapatan GJTL naik 9,9% dari Rp 12,7 triliun menjadi Rp 14,1 triliun di 2013. Sementara, laba bersih tumbuh 15,3% dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 1,5 triliun.

Harga karet dunia

Gajah Tunggal juga diuntungkan menurunnya harga karet dunia. Joko mengatakan, ini akan membuat margin laba kotor GJTL meningkat. Tren harga karet masih akan cenderung turun pada tahun ini. Analis Trimegah Securities, Frederick Daniel, dalam risetnya menyebut, pelemahan harga karet akan meningkatkan laba bersih GJTL sebesar 17% menjadi Rp 1,1 triliun year on year (yoy).

Ancaman yang bisa menghambat bisnis Gajah Tunggal, menurut Stifanus, adalah menurunnya permintaan di pasar ekspor. Apalagi, GJTL harus bisa bersaing dengan produsen ban dari Korea (Hankook), Taiwan (Tires) dan China Shandong O'Green Tyres. Stifanus memprediksi, tahun 2013 - 2014 tidak terlalu baik bagi pasar ban ekspor GJTL.

Namun Joko melihat, pasar ban masih cukup positif, meski permintaan global cenderung menurun. Tapi, pasar domestik masih cukup besar. Gajah Tunggal menguasai pangsa pasar 50% untuk ban sepeda motor. Sedangkan, untuk ban roda empat lebih rendah yakni 25%.

Karena prospek bisnis GJTL yang masih cemerlang, Joko dan Frederick menilai saham GJTL masih layak beli. Joko memasang target harga di Rp 3.075 per saham, mencerminkan price earning ratio (PER) 2013 sebesar 8,8 kali. Lebih rendah dari PER PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) sebesar 10 kali.

Frederick menargetkan harga saham GJTL di Rp 3.400, mencerminkan PER 7 kali di 2013. Adapun, Stifanus merekomendasikan tahan saham GJTL dengan dengan target Rp 2.400 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana