JAKARTA. Demi mengimbangi permintaan yang terus meningkat, PT Gajah Tunggal Tbk melancarkan beragam ekspansi. Anggaran yang disiapkan senilai Rp 5 triliun. Gajah Tunggal, misalnya, mengucurkan investasi senilai US$ 108 juta atau Rp 1 triliun untuk membeli tanah seluas 100 ha di Karawang, Jawa Barat. Emiten berkode saham GJTL ini ingin 60% lahan itu dimanfaatkan untuk membangun trek ujicoba atau
proving ground produk ban Gajah Tunggal. Sisa lahan dirancang untuk perluasan pabrik Gajah Tunggal. Perseroan menargetkan proyek proving ground tuntas dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Ekspansi itu merupakan bagian dari proyek pembangunan pusat penelitian dan pengembangan.
Analis Danareksa Sekuritas, Joko Sogie, menilai, ekspansi tersebut bisa menjadi tumpuan Gajah Tunggal di masa depan. “
Proving ground itu semacam riset ban. Jadi kualitasnya akan lebih baik. Ini untuk mendapatkan market
Original Equipment Manufacturer (OEM),” ujar dia. Gajah Tunggal merupakan pemasok ban untuk mobil pabrikan berjenis
multi purpose vehicle (MPV). Menurut Joko, pembangunan proving ground tersebut, menunjukkan keseriusan GJTL mengembangkan ban radialnya sehingga meningkatkan kepercayaan pelanggan. Analis Mandiri Sekuritas, Maria Renata, dalam laporan risetnya menyatakan, Gajah Tunggal menyuplai ban
passanger car radial (PCR) untuk Suzuki Ertiga sekitar 18.000 unit per bulan. Emiten itu juga memasok ban untuk Toyota New Avanza dan Daihatsu Xenia. Joko menuturkan, Gajah Tunggal telah menyiapkan dana Rp 5 triliun untuk sejumlah ekspansi. Selain
proving ground, dana itu digunakan untuk mengerek produksi ban radial dan menambah kapasitas produksi ban motor. Utilisasi pabrik Gajah Tunggal hampir 60%. "Pada titik 80%, biasanya ada pengembangan kapasitas,” ujar Joko. Gajah Tunggal telah menambah produksi sejak 2005. Di tahun itu, kapasitas produksi ban radial masih 30.000 unit per hari. Kini, Gajah Tunggal mampu memproduksi 45.000 ban radial per hari. Dengan anggaran Rp 5 triliun, Gajah Tunggal juga akan memproduksi komersial ban radial untuk truk dan bus alias
truck & bus radial (TBR). Produksi varian baru itu akan dilakukan secara bertahap selama tiga tahun, dengan belanja modal US$ 150 juta.
Krisis global turut menekan ekspor ban. Di semester I 2012, penjualan ekspor Gajah Tunggal senilai Rp 2,29 triliun, turun 7,66% year-on-year (yoy). Penjualan ekspor berkontribusi sekitar 40% terhadap total pendapatan. “Ban Gajah Tunggal diekspor ke Eropa, Amerika, Timur Tengah, Australia, dan Asia. Karena krisis Eropa, otomatis ekspor buruk. Tapi permintaan domestik yang kuat, bisa mengompensasi,” ujar Joko. Dia memprediksi pendapatan Gajah Tunggal di 2012 senilai Rp 13 triliun, naik 10,17% dari tahun lalu. Sedangkan laba bersihnya ditaksir Rp 1,1 triliun, tumbuh 61,7% dari laba bersih 2011. “Harga karet sekarang turun. Jadi gross margin Gajah Tunggal lebih tinggi. Tahun lalu 14%, tahun ini bisa sekitar 18%,” kata Joko. Tiga analis merekomendasikan
buy saham Gajah Tunggal (GJTL). Joko menargetkan harga Rp 3.075 yang mencerminkan
price to earning ratio (PER) 9,1 kali. Maria memasang target Rp 3.100 per saham. Sedangkan analis OSK Nusadana Securities, Yuniv Trenseno, menargetkan Rp 3.400 per saham. Harga saham GJTL, Kamis (6/9), menurun 1,03% menjadi Rp 2.400 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro