JAKARTA. Kinerja PT gajah Tunggal Tbk (GJTL) terancam menurun terkena dampak pelemahan rupiah. Meski Laba kotor GJTL semester I 2013 meningkat, tapi, pelemahan rupiah membuat beban keuangan GJTL juga ikut terkerek. Salah satunya datang dari senior notes senilai US$ 500 juta yang diterbitkan pada Februari 2013 lalu. Emisi ini akan jatuh tempo pada 2018 mendatang, danĀ memiliki kupon sebesar 7,75%.Asal tahu saja, pada semester I 2013, laba kotor GJTL naik 10,81% menjadi Rp 1,23 triliun. Tapi, karena pelemahan rupiah, pembayaran bunga utang GJTL melonjak 52,07% menjadi Rp 282,26 miliar. Alhasil, laba bersih GJTL semester I 2013 turun 12,67% menjadi Rp 459,51 miliar.Catharina Widjaja, Direktur GJTL, mengakui jika pelemahan rupiah yang berujung pada meningkatnya beban keuangan GJTL bisa menekan bottom line perusahaan. "Tapi, ini sifatnya hanya translational effect saja," imbuhnya, saat kegiatan public expose kinerja GJTL semester I 2013, (6/9).Maksudnya, lanjut Catharina, translational effect itu disebabkan karena perusahaan harus melaporkan kinerja keuangannya dalam bentuk rupiah. Jadi, setiap periode keuangan pasti terdapat selisih kurs. Tapi, selisih kurs itu hanya dalam bentuk non-cash sehingga Catharina yakin pihaknya tidak memiliki masalah dengan hal ini."Lagipula, jatuh temponya masih lama. Untuk pembayaran kupon juga masih kecil jadi tidak ada masalah. Kupon selalu kami bayar menggunakan kas internal dan kami memiliki kas internal yang cukup," tutur Catharina.Memang, jika mengacu pada laporan keuangan perusahaan, GJTL memiliki kas internal dalam bentuk laba ditahan yang belum ditentukan penggunaannya yang terus meningkat. Rinciannya, pos laba ditahan GJTL yang belum ditentukan penggunaannya pada semester I tahun ini sebesar Rp 4,09 triliun, naik 10% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 3,73 triliun.Catatan saja, senior notes ini diterbitkan untuk membeli kembali obligasi GJTL yang diterbitkan beberapa periode sebelumnya. Dari emisi yang dikeluarkan, manajemen telah menggunakan sebesar US$ 435 juta, atau sekitar 87% dari total emisi senior notes yang dikeluarkan. "Sisanya kami gunakan untuk pendanaan capex," pungkas Catharina.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
GJTL tak khawatir dengan kenaikan beban keuangan
JAKARTA. Kinerja PT gajah Tunggal Tbk (GJTL) terancam menurun terkena dampak pelemahan rupiah. Meski Laba kotor GJTL semester I 2013 meningkat, tapi, pelemahan rupiah membuat beban keuangan GJTL juga ikut terkerek. Salah satunya datang dari senior notes senilai US$ 500 juta yang diterbitkan pada Februari 2013 lalu. Emisi ini akan jatuh tempo pada 2018 mendatang, danĀ memiliki kupon sebesar 7,75%.Asal tahu saja, pada semester I 2013, laba kotor GJTL naik 10,81% menjadi Rp 1,23 triliun. Tapi, karena pelemahan rupiah, pembayaran bunga utang GJTL melonjak 52,07% menjadi Rp 282,26 miliar. Alhasil, laba bersih GJTL semester I 2013 turun 12,67% menjadi Rp 459,51 miliar.Catharina Widjaja, Direktur GJTL, mengakui jika pelemahan rupiah yang berujung pada meningkatnya beban keuangan GJTL bisa menekan bottom line perusahaan. "Tapi, ini sifatnya hanya translational effect saja," imbuhnya, saat kegiatan public expose kinerja GJTL semester I 2013, (6/9).Maksudnya, lanjut Catharina, translational effect itu disebabkan karena perusahaan harus melaporkan kinerja keuangannya dalam bentuk rupiah. Jadi, setiap periode keuangan pasti terdapat selisih kurs. Tapi, selisih kurs itu hanya dalam bentuk non-cash sehingga Catharina yakin pihaknya tidak memiliki masalah dengan hal ini."Lagipula, jatuh temponya masih lama. Untuk pembayaran kupon juga masih kecil jadi tidak ada masalah. Kupon selalu kami bayar menggunakan kas internal dan kami memiliki kas internal yang cukup," tutur Catharina.Memang, jika mengacu pada laporan keuangan perusahaan, GJTL memiliki kas internal dalam bentuk laba ditahan yang belum ditentukan penggunaannya yang terus meningkat. Rinciannya, pos laba ditahan GJTL yang belum ditentukan penggunaannya pada semester I tahun ini sebesar Rp 4,09 triliun, naik 10% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 3,73 triliun.Catatan saja, senior notes ini diterbitkan untuk membeli kembali obligasi GJTL yang diterbitkan beberapa periode sebelumnya. Dari emisi yang dikeluarkan, manajemen telah menggunakan sebesar US$ 435 juta, atau sekitar 87% dari total emisi senior notes yang dikeluarkan. "Sisanya kami gunakan untuk pendanaan capex," pungkas Catharina.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News