Aksi akuisisi Glen A. Taylor bersama Taylor Corporation, selalu seiring sejalan dengan bisnis percetakan yang selama ini menjadi alat pencetak pundi-pundi kekayaannya. Pada pertengahan 2014, miliarder pemilik kekayaan senilai US$ 2,4 miliar tersebut mengakuisisi saham perusahaan surat kabar terkenal asal Amerika Serikat (AS), yakni
Star Tribune. Saat transaksi tersebut terealisasi, Taylor baru masuk dalam deretan milarder dunia.
Star Tribune sendiri merupakan surat kabar yang memiliki sejarah panjang di AS, lantaran sudah berusia 148 tahun. Miliarder jebolan Harvard Business School tersebut telah lama mengidam-idamkan memiliki perusahaan media di Negeri Paman Sam. Selain masih memiliki prospek, perusahaan media juga menjadi sarana yang paling strategis dalam memberikan informasi kepada masyarakat.
"Star Tribune tidak hanya merupakan bisnis yang menarik, tetapi juga penting bagi masyarakat negara bagian Minnesota," ucap Taylor, seperti dikutip www.startribune.com, Juli 2014 silam. Asal tahu saja, pria yang kini berusia 73 tahun itu menghabiskan masa kecil di Minnesota, AS, tepatnya di sebuah peternakan di kawasan Comfrey. Impian Taylor kini sudah terwujud. Dia mengakuisisi 100% saham Star Tribune dan menempatkannya sebagai pemegang saham tunggal. Pria berzodiak Taurus ini mengakuisisi 100% saham. Dari jumlah saham yang diakuisisi Taylor, sebanyak 75% saham dia beli dari Wayzata Investment Partners dan GE Capital. Sedangkan sisa saham lain, dari investor lain, termasuk juga para kreditur Star Tribune. Untuk meminang perusahaan ini, Taylor rela merogoh kocek sebanyak US$ 100 juta. Asal tahu saja, banyak kelompok jutawan yang aktif mengincar bisnis media. Semisal Jeff Bezon, Chief Executive Officer (CEO) amazon.com yang antusias membeli Washington Post seharga US$ 250 juta pada tahun 2013 silam. Selain itu masih ada John W. Henry, pendiri Henry & Company (JWH) yang mengakuisisi The Boston Globe senilai US$ 70 juta. Pasca resmi menjadi pemilik surat kabar terbesar di negara bagian Minnesota, Taylor tidak serta-merta merombak jajaran direksi dan manajemen. Ia hanya menempatkan putrinya, Jean Taylor, masuk ke dalam jajaran dewan direksi dan tetap mempercayakan Michael Klingensmith sebagai
Chief Executive Officer (CEO)
Star Tribune. Klingensmith sangat mendukung kehadiran Taylor menjadi pemilik baru
Star Tribune. Sebab, Taylor memiliki perusahaan percetakan yang bisa bersinergi dengan
Star Tribune yang sempat megap-megap akibat krisis ekonomi tahun 2008. "Taylor adalah prospek yang menarik karena akan memberikan hidup panjang bagi media massa," ucap Klingensmith.
Divestasi memang menjadi jalan keluar bagi
Star Tribune yang sudah diambang kebangkrutan pada tahun 2009. Harapan datang kala perusahaan juga menggarap bisnis media digital, saat media cetak mengalami penurunan omzet.
Star Tribune kini menjadi contoh surat kabar yang mampu mengelola masa-masa berat transisi era media cetak ke media digital dan mampu tetap eksis hidup berdampingan. Mungkin ada orang yang berpandangan media cetak memasuki
sunset industry. Namun, Taylor tetap optimistis. Bapak lima orang anak ini berbekal pengalamannya mengelola perusahaan yang menjadi sejarah cikal bakal Taylor Corporation. "Saya berkeyakinan, bahwa jika Anda yang terbaik, maka Anda dapat melakukan yang terbaik juga," imbuh Taylor. (Bersambung)
Editor: Tri Adi