Global bond gagal, sukuk dan samurai bond dipilih



JAKARTA. Pemerintah masih mengkaji kemungkinan diterbitkannya sukuk global berdenominasi dollar AS dan Samurai Bond berdenominasi yen pada tahun ini. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan, pemerintah masih akan mempertimbangkan kebutuhan pembiayaan dalam negeri.

Rahmat bilang, pemerintah sudah memutuskan untuk tidak menerbitkan obligasi berdenominasi dollar (global bond) karena kondisi ekonomi Eropa yang masih belum membaik. Artinya, penerbitan surat berharga negara berdenominasi dollar kemungkinan hanya akan diterbitkan dalam bentuk sukuk global.

Pemerintah akan kini tengah mempersiapkan kemungkinan penerbitan kedua obligasi itu untuk kebutuhan pembayaran kembali (refinancing) utang jatuh tempo pada tahun ini. "Kita lihat apakah pasarnya bagus dan memang ada kebutuhan," kata dia. Sementara untuk nilai penerbitan, Rahmat masih belum bisa memaparkan ke publik karena akan disesuaikan dengan kebutuhan APBN dan refinancing.


Menambahi Rahmat, Direktur Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu Loto S. Ginting menjelaskan, penerbitan kedua obligasi tersebut akan mempertimbangkan daya absorbsi pasar domestik. Pemerintah memiliki target penerbitan SBN valas maksimal 18% dari total penerbitan pemerintah yang sebesar Rp 271 triliun.

Namun, jika pasar domestik ternyata bisa menyerap seluruh penerbitan SBN, maka pemerintah akan mempertimbangkan kembali penerbitan SBN valas tersebut. "Kami lihat dulu daya serap pasar domestik. Kalau sudah cukup, bisa kami tunda penerbitannya atau kami kurangi size-nya," kata dia.

Analis obligasi PT Mega Capital Indonesia Ariawan menilai, sejatinya penerbitan kedua SBN valas tersebut bisa memberikan dampak positif untuk pasar obligasi. Menurutnya, penerbitan SBN valas dapat mengurangi penerbitan SBN di dalam negeri dan berpotensi mendorong kenaikan harga obligasi pemerintah. "Penerbitan di global akan berdampak ke volatilitas harga. Dengan suplai domestik berkurang, harga di pasar sekunder bisa rebound," tandasnya.

Sekedar mengingatkan, Indonesia sudah dua kali menerbitkan samurai bond, yakni seri RIJPY0719 yang terbit pada Juli 2009 dan akan jatuh tempo pada 29 Juli 2019 senilai ¥ 30 miliar, kuponnya 2,73%. Lalu, RIJPY1120 terbit November 2010 akan jatuh tempo pada 12 November 2020 senilai ¥ 60 miliar berkupon 1,6%. Sementara rencana penerbitan sukuk global sebelumnya direncanakan pada semester dua tahun ini didorong permintaan dari investor timur tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: