JAKARTA. Obligasi denominasi dollar Amerika Serikat (AS) atau global bond pemerintah diserbu investor. Pemerintah mengalami kelebihan permintaan atau oversubsciption hingga 4,4 kali mencapai US$ 17,5 miliar.Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementrian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan pemerintah menyerap US$ 4 miliar dari penawaran global bond tersebut."Transaksi ini merupakan bagian dari program global medium term notes (GMTN) Indonesia sebesar US$ 25 miliar," kata Robert, Jakarta, Rabu (8/1).Global bond ini diterbitkan dalam dua seri, yakni RI0124 dan RI0144. Seri RI0124 bertenor 10 tahun diterbitkan senilai US$ 2 miliar. Instrumen yang jatuh tempo 15 Januari 2024 ini ditawarkan 5,87% dengan yield 5,95% di harga 99.441. Mayoritas instrumen ini didistribusikan untuk investor Amerika Serikat sebesar 66%. Sedangkan sisanya sekitar 17% untuk investor Eropa, sekitar 6% untuk investor Asia, dan sekitar 11% untuk investor Indonesia. Berdasarkan sisi investor, sebagian besar dialokasikan untuk asset managers sebesar 77%. Kemudian, sekitar 9% investor perbankan, sekitar 12% oleh investor asuransi atau dana pensiun dan sekitar 2% untuk private banking. Sedangkan seri lain RI0144 bertenor 30 tahun dan diterbitkan senilai US$2 miliar. Seri yang akan jatuh tempo 15 Januari 2044 ini memberikan kupon 6,75% dengan yield 6,8% di harga 98.734.Instrumen ini juga mayoritas didistribusikan untuk investor Amerika Serikat sekitar 70%. Lalu sekitar 16% untuk investor Eropa, sekitar 11 % unluk investor Asia kecuali Indonesia dan 3% untuk investor di Indonesia. Berdasarkan jenis investor, sebagian besar dialokasikan untuk asset managers sekitar 77%. Sisanya, perbankan sekitar 5%, investor asuransi dan dana pensiun sekitar 17%, serta private banking sekitar 1 %.Untuk penerbitan global bond ini, pemerintah telah menggenggam peringkat BBB- (stable) dari Fitch, BB+ (stable) dari S&P, dan Baa3 (stuble) dari Moody's. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Global bond Indonesia oversubcribes 4,4 kali
JAKARTA. Obligasi denominasi dollar Amerika Serikat (AS) atau global bond pemerintah diserbu investor. Pemerintah mengalami kelebihan permintaan atau oversubsciption hingga 4,4 kali mencapai US$ 17,5 miliar.Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementrian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan pemerintah menyerap US$ 4 miliar dari penawaran global bond tersebut."Transaksi ini merupakan bagian dari program global medium term notes (GMTN) Indonesia sebesar US$ 25 miliar," kata Robert, Jakarta, Rabu (8/1).Global bond ini diterbitkan dalam dua seri, yakni RI0124 dan RI0144. Seri RI0124 bertenor 10 tahun diterbitkan senilai US$ 2 miliar. Instrumen yang jatuh tempo 15 Januari 2024 ini ditawarkan 5,87% dengan yield 5,95% di harga 99.441. Mayoritas instrumen ini didistribusikan untuk investor Amerika Serikat sebesar 66%. Sedangkan sisanya sekitar 17% untuk investor Eropa, sekitar 6% untuk investor Asia, dan sekitar 11% untuk investor Indonesia. Berdasarkan sisi investor, sebagian besar dialokasikan untuk asset managers sebesar 77%. Kemudian, sekitar 9% investor perbankan, sekitar 12% oleh investor asuransi atau dana pensiun dan sekitar 2% untuk private banking. Sedangkan seri lain RI0144 bertenor 30 tahun dan diterbitkan senilai US$2 miliar. Seri yang akan jatuh tempo 15 Januari 2044 ini memberikan kupon 6,75% dengan yield 6,8% di harga 98.734.Instrumen ini juga mayoritas didistribusikan untuk investor Amerika Serikat sekitar 70%. Lalu sekitar 16% untuk investor Eropa, sekitar 11 % unluk investor Asia kecuali Indonesia dan 3% untuk investor di Indonesia. Berdasarkan jenis investor, sebagian besar dialokasikan untuk asset managers sekitar 77%. Sisanya, perbankan sekitar 5%, investor asuransi dan dana pensiun sekitar 17%, serta private banking sekitar 1 %.Untuk penerbitan global bond ini, pemerintah telah menggenggam peringkat BBB- (stable) dari Fitch, BB+ (stable) dari S&P, dan Baa3 (stuble) dari Moody's. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News