JAKARTA. PT Sri Rejeki Usman Tbk (
SRIL) merilis obligasi global US$ 350 juta setara Rp 4,63 triliun (kurs tengah BI Rp 13.231 per dollar AS). Surat utang ini berbunga 8,25% dengan jatuh tempo 2021. Manajemen SRIL menerbitkan obligasi untuk
refinancing utang dan modal kerja. SRIL akan membeli seluruh obligasi berjaminan sebesar US$ 270 juta dengan bunga 9% yang jatuh tempo 2019. Pembelian akan dilakukan melalui penawaran tender kepada pemegang obligasi lama. Obligasi ini diterbitkan oleh anak usaha SRIL, yakni PT Sinar Pantja Djaja (SPD), anak usaha SRIL melalui Golden Legacy Pte Ltd. Penjamin surat utang baru ini adalah SRIL dan SPD.
Mengacu keterbukaan informasi 2 Juni 2016, setelah membeli kembali setiap dan seluruh surat utang lama melalui penawaran tender, penerbit akan menyalurkan dana bersih ke Golden Mountain Textile and Trading Pte Ltd, melalui pemesanan saham tambahan di struktur modal Golden Mountain. Welly Salam, Sekretaris Perusahaan SRIL mengatakan, penawaran obligasi SRIL disambut investor, dimana seluruh penawaran terserap. Sebelumnya, SRIL menggunakan asumsi awal US$ 420 juta dengan perhitungan seluruh obligasi lama US$ 270 juta ikut tender, kemudian ada dana baru US$ 150 juta. Namun saat penawaran untuk obligasi lama, pemegang obligasi tak ikut semua sehingga totalnya US$ 350 juta. Obligai ini juga kelebihan permintaan atau
oversubscribed sebanyak 2 kali. Dengan
refinancing, SRIL bisa menghemat dan memperbaiki profil keuangannya. "Dari bunga ada penghematan. Obligasi lama 9%, sekarang 8,5% jadi lebih hemat dan profil likuiditas kami lebih baik karena utang jatuh temponya menjadi 2021, dibandingkan obligasi lama tahun 2019," ujar Welly kepada KONTAN, Kamis (9/6).
Manajemen SRIL menilai beban bunga utang tidak terlalu besar. Setiap utang, baik pinjaman setahun, lima tahun, tujuh tahun dan 10 tahun memiliki skema sendiri. Satu hal yang pasti, ini berefek positif bagi SRIL di masa depan. SRIL cocok merilis
global bond lantaran perusahaan menyasar pasar global dan menjalankan operasional, termasuk sejumlah transaksi perusahaan, dalam dollar AS. "Ekspansi, membeli aset dan lainnya dalam US Dollar. Jika memakai utang rupiah dan nilai tukar rupiah melemah, malah akan menambah beban," Wrlly. Brian Grieser,
VP and Senior Analyst Moody's telah menetapkan peringkat B1 definitif untuk penerbitan obligasi SRIL senilai US$ 350 juta. Prospek peringkat ini positif karena mencerminkan skala yang relatif kecil di industri tekstil global dimana
leverage SRIL per 31 Maret 2016 tercatat sebesar 3,85 kali. Harga SRIL kemarin turun 0,74% menjadi Rp 270 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia