KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Global Student Enterpreneur Awards (GSEA) mengumumkan finalis terbaik yang akan mewakili Indonesia di pentas internasional di Macau pada April mendatang. Finalis terbaik ini merupakan hasil seleksi dari sembilan calon pengusaha muda. GSEA sendiri merupakan kompetisi global bagi wirausahawan mahasiswa yang menjalankan bisnis secara aktif. Finalis terpilih dari Indonesia ini nantinya akan bersaing dengan 2.000 lebih peserta dari 56 negara di Global Finals GSEA yang akan diselenggarakan pada bulan April 2019 di Macau.
Kompetisi ini khusus diberikan kepada para mahasiswa yang berwirausaha atau membangun bisnis sambil meneruskan pendidikannya. Perusahaan atau bisnis yang dimilikinya, harus sudah beroperasi selama minimal 6 bulan saat mengikuti kompetisi ini. Kriteria lainnya kontestan harus masih terdaftar sebagai mahasiswa program sarjana atau pasca sarjana tahun akademik 2018-2019 dari Universitas di Indonesia dengan maksimal usia 35 tahun. Perusahaan atau bisnis mereka harus sudah menghasilkan keuntungan minimal US$ 500 atau telah menerima investasi sebesar minimal US$ 1000 saat aplikasi untuk kompetisi ini diajukan,” kata Michael Sung, Koordinator Enterpreneur Organization untuk GSEA perwakilan Indonesia, Jumat (18/1). Sementara untuk tim juri seleksi ini berasal dari sosok entrepreneur berkompetensi tinggi. Di antaranya adalah Irene umar, Yasa Singgih, William Henley, Fadhlanti Sharief dan Diwangkoro Ratam. “Perbedaan dengan kompetisi di tiap tahunnya adalah partisipan dan finalis banyak berubah dengan ide-ide bisnis baru,” ujar Michael. Sembilan finalis yang terpilih tahun ini adalah pebisnis muda yang bukan saja peduli pada produk, tapi juga mempunyai keunikan dalam menjual produk mereka. "Selain juga ada yang membangun komunitas untuk meningkatkan kesejahteraan daerah dan teman-teman mereka,” pungkas Michael.
Adapun yang terpilih menjadi pemenang dan mewakili Indonesia adalah Mahasiswa dari Universitas Negeri 11 Maret, Agus Wibowo. Pria asal Magelang, Jawa Tengah ini mendirikan perusahaan berbasis pertanian dengan mengembangkan bibit kentang sekaligus budidaya serta memproduksi keripik kentang. Agus menuturkan, dalam budidaya kentang tersebut ia juga memberdayakan masyarakat setempat sebagai mitra tani. Menurutnya, di Magelang masih banyak lahan tanaman untuk budidaya kentang, namun banyak petani terkendala modal. "Dari situ kami menjadi media antara investor dan para petani mitra, kami bekerjasama menanam kentang,” terang Agus. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri