JAKARTA. Keputusan maskapai untuk menghentikan sejak awal penerbangan ke dua bandara terdampak debu vulkanik Gunung Merapi, Adisutjipto Yogyakarta dan Adisoemarmo Solo dianggap tepat oleh PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia (GMF)."Kalau maskapai masih nekat terbang, biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki mesin yang rusak bisa jutaan dolar. Karena kalau dalam jumlah tertentu debu masuk ke mesin, blade dan komponen mesin lainnya bisa keropos dan harus diganti. Mesin pesawat itu beda dengan mobil, yang bisa dibersihkan lalu bisa jalan lagi," kata Jemsly Hutabarat, Vice President Marketing & Sales GMF kepada KONTAN, Senin (8/11).Jemsly mengaku sampai saat ini perusahaannya, yang bergerak di bisnis perawatan pesawat belum menerima satu pun pesawat yang rusak akibat terkena debu vulkanik Merapi. Namun kalau pun ada maskapai yang berniat memperbaiki pesawat rusak karena debu Merapi, GMF siap memperbaikinya."GMF akan melakukan perbaikan foreign object damage (FOD), dimana ada benda asing yang masuk ke mesin pesawat. FOD ini berbeda dengan scheduled maintenance, karena hanya fokus ke mesin. Kalau ada cadangan mesin pengganti, tinggal diganti langsung selesai. Tetapi kalau tidak ada, ya perlu waktu lama karena komponen harus dioverhaul," jelasnya.Bulan lalu, GMF berhasil merampungkan perawatan pesawat milik dua maskapai; yaitu tiga Boeing 737-400 milik Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-CJS , PK-CJC, and PK-CJU. Tiga pesawat itu sudah dikirimkan ke Sriwijaya pada 14 Oktober 2010.GMF juga merampungkan pekerjaan A04-Check and crew rest bunker modification untuk Boeing 747-300 milik Max Air asal Nigeria.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
GMF belum terima pesawat rusak akibat debu vulkanik Merapi
JAKARTA. Keputusan maskapai untuk menghentikan sejak awal penerbangan ke dua bandara terdampak debu vulkanik Gunung Merapi, Adisutjipto Yogyakarta dan Adisoemarmo Solo dianggap tepat oleh PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia (GMF)."Kalau maskapai masih nekat terbang, biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki mesin yang rusak bisa jutaan dolar. Karena kalau dalam jumlah tertentu debu masuk ke mesin, blade dan komponen mesin lainnya bisa keropos dan harus diganti. Mesin pesawat itu beda dengan mobil, yang bisa dibersihkan lalu bisa jalan lagi," kata Jemsly Hutabarat, Vice President Marketing & Sales GMF kepada KONTAN, Senin (8/11).Jemsly mengaku sampai saat ini perusahaannya, yang bergerak di bisnis perawatan pesawat belum menerima satu pun pesawat yang rusak akibat terkena debu vulkanik Merapi. Namun kalau pun ada maskapai yang berniat memperbaiki pesawat rusak karena debu Merapi, GMF siap memperbaikinya."GMF akan melakukan perbaikan foreign object damage (FOD), dimana ada benda asing yang masuk ke mesin pesawat. FOD ini berbeda dengan scheduled maintenance, karena hanya fokus ke mesin. Kalau ada cadangan mesin pengganti, tinggal diganti langsung selesai. Tetapi kalau tidak ada, ya perlu waktu lama karena komponen harus dioverhaul," jelasnya.Bulan lalu, GMF berhasil merampungkan perawatan pesawat milik dua maskapai; yaitu tiga Boeing 737-400 milik Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-CJS , PK-CJC, and PK-CJU. Tiga pesawat itu sudah dikirimkan ke Sriwijaya pada 14 Oktober 2010.GMF juga merampungkan pekerjaan A04-Check and crew rest bunker modification untuk Boeing 747-300 milik Max Air asal Nigeria.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News