JAKARTA. Perusahaan perbengkelan dan perawatan pesawat udara, PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia tengah merambah bisnis produksi suku cadang pesawat. Untuk memuluskan rencana tersebut, GMF berencana merangkul industri lokal untuk bekerjasama memproduksi suku cadang pesawat. “Beberapa industry metal dan plastic local sudah mulai kita jajaki,” ujar Aryo Widjoseno, VP Corporate Secretary PT GMF Aero Asia kepada KONTAN, Kamis (11/5). Sayangnya Aryo belum bisa menyebutkan nama perusahaan yang bakal diajak kerja sama, yang pasti lokasi industry yang diajak kerjasama bakal berada di area Tangerang kawasan dimana GMF beroperasi. “Bentuk kerjasamanya outsourcing saja, sedangkan desain dari GMF,” kata Aryo
GMF menjanjikan bisnis ini bakal bersinergi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya. “Intinya ini bukan core produk kita. Tapi ini penunjang karena kita ternyata punya kemampuan untuk itu,” sebutnya. Saat ini GMF telah memproduksi empat produk suku cadang, atau yang biasa disebut parts manufacturing untuk pesawat. Semuanya masih berukuran kecil dan hanya digunakan untuk perlengkapan dalam kabin pesawat. Salah satu produknya itu ialah airlines pocket, tempat menaruh buku dan majalah di depan tempat duduk,” sebut Aryo. Aryo menjelaskan, untuk menjual produk manufaktur pesawat perlu perijinan yang ketat. Setiap produk yang ingin dipasarkan harus masuk dalam daftar Parts Manufacturings Approval yang diatur oleh regulator masing-masing Negara, di Indonesia ada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (DJU). “Untuk desain empat produk manufaktur itu kita sudah mendapatkan approvalnya,” kata Aryo. Sayangnya keempat produk manufaktur tersebut masih digunakan untuk keperluan internal grup Garuda Indonesia. List produk yang boleh diproduksi dan dagangkan pun terbatas. FAA sangat ketat, sehingga itu menyebabkan GMF masih mengincar produk-produk suku cadang yang ringan dan bukan alat mekanis. Aryo mencontohkan item-item kecil yang ada dalam seat kabin biasanya masa pakai 2-3 tahun, dan itu menjadi sasaran GMF. Tahun ini GMF berencana menambah 15 jenis baru suku cadang yang akan diproduksi. Kata Aryo, GMF belum bisa merincikan jenis suku cadangnya karena belum mendapatkan approval. Rencananya cari item yang sederhana saja yang kiranya tidak sulit mendapatkan approval. “Yang jelas suku cadang yang direncanakan bakal di produksi GMF seperti untuk isi kabin dan kargo. contohnya di kargo ada strep, yakni ikatan kargo dan armchairs di pesawat penumpang” sebut Aryo. GMF meyakini jika menggunakan produk suku cadang buatannya bisa hemat 30-40 % dibandingkan produk lainnya. Melalui produksi suku cadang ini, GMF menargetkan bisa menghemat biaya maintence 10-20 persen. “Kita juga mulai menjajaki penjualan ke pasar luar negeri lewat partner distributor kami,” ucap Aryo. Sebagai gambaran, untuk merekondisi satu kabin pesawat saja GMF mematok harga kisaran US$ 200.000 sampai US$ 300.000. Lantaran bisnis produksi suku cadang ini masih kecil, sampai dengan kuartal I ini baru bisa menyumbang kisaran 2-5 % dari total pendapatan GMF.
“Kita pun ingin tawarkan kepada pelanggan kami yang menggunakan jasa perbaikan untukk menggunakan produk manufaktur kami, tentu lebih efisien dan murah harganya,” kata Aryo. GMF menargetkan bisnis produksi suku cadang pesawat ini bisa tumbuh 5-10 % di tahun ini. Sampai kuartal I ini, Aryo mengatakan bahwa pendapatan GMF naik double digit dibanding kuartal sama tahun sebelumnya. Berdasarkan laporan keuangan Garuda Indonesia non-audited kuartal I 2017, segmen usahanya yang bergerak di bidang pemeliharaan dan perbaikan pesawat tercatat senilai US$ 33 juta. Jumlah tersebut naik 32 % dibanding kuartal I tahun lalu, yakni US$ 25 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto