Golden Agri tambah lahan 5.000 hektare di Liberia



JAKARTA. Sinar Mas Grup terus melanjutkan ekspansi bisnis di Liberia, negara di pesisir bara Afrika berbatasan dengan Siera Leon dan Pantai Gading. Tahun ini, perusahaan perkebunan milik taipan Eka Tjipta Widjaja ini berencana menambah luas lahan tertanam sawit di Liberia seluas 5.000 hektare (ha).

Franky Oesman Wijaya, Board Member of Sinar Mas yang juga menjabat Chairman Golden Agri Resources Ltd (GAR), mengatakan, tahun lalu lahan tertanam milik perusahaan sudah bertambah 5.000 ha. "Tahun ini penambahan lahan tertanam mungkin segitu lagi, 5.000 ha sampai 10.000 ha," kata Franky  baru-baru ini.

Sejak tahun lalu, GAR menargetkan penambahan areal tertanam sawit di Liberia dari 2.000 ha  menjadi sekitar 5.000 ha-10.000 ha.


Sekadar mengingatkan, Sinar Mas Grup telah menanamkan investasi di The Verdant Fund LP, perusahaan investasi swasta yang dimiliki Golden Veroleum Inc. Total investasi yang dibenamkan oleh Sinar Mas Grup mencapai sekitar US$ 1,6 miliar untuk jangka waktu 8 tahun hingga 10 tahun. Pada tahun 2012, investasi GAR di Verdant Fund mencapai sekitar US$ 70 juta demi yang dipakai untuk mengembangkan perkebunan sawit di Liberia.

Pemerintah Liberia memberi hak konsesi 220.000 ha kepada Sinar Mas untuk pengembangan perkebunan sawit. Sinar Mas juga mengembangkan perkebunan plasma sawit seluas 40.000 ha.

Franky menyatakan, tahun ini perusahaan belum membangun pabrik kelapa sawit (PKS) di Liberia karena masih fokus untuk menanam tanaman kelapa sawit. "Biasanya tiga tahun kemudian (saat tanaman hampir menghasilkan buah sawit)," kata Franky.

Tapi, Franky enggan berkomentar mengenai investasi yang telah digelontorkan GAR pada tahun lalu. "Saya tidak mengikuti. Pastinya Golden Veroleum punya budget sendiri," ujarnya.

Yang jelas, sebelumnya pada Maret 2013, Franky pernah memperkirakan investasi untuk penanaman sawit tahun 2013 bisa mencapai US$ 100 juta. Selama ini GAR dikenal sebagai perusahaan sawit yang memproduksi berbagai produk hilir sawit seperti minyak makan dan lemak nabati. Liberia dipilih karena memiliki kondisi iklim yang hampir sama dengan iklim di Indonesia sehingga cocok untuk perkebunan sawit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan