KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Golden Eagle Energy Tbk (
SMMT) berupaya memanfaatkan momentum tren kenaikan harga batubara untuk mendongkrak kinerja perusahaan di tahun 2022. Direktur Utama Golden Eagle Energy Roza Permana Putra menyampaikan, pada tahun ini SMMT membidik penjualan batubara dapat tumbuh 15%--20% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Sebagai informasi, tahun 2021 lalu volume penjualan batubara SMMT naik 67% menjadi 2,04 juta ton. Jika mengacu pada target yang disebutkan tadi, maka penjualan batubara SMMT pada tahun ini dapat mencapai kisaran 2,34 juta ton hingga 2,44 juta ton.
“Kenaikan penjualan batubara tersebut diharapkan akan berdampak bagi kinerja keuangan kami, baik secara
top line maupun
bottom line,” terang Roza dalam paparan publik insidentil, Jumat (8/4).
Baca Juga: Ikut Tax Amnesty, Peter Sondakh Alihkan Kepemilikan Saham SMMT Ke Mutiara Timur Target tersebut diyakini dapat tercapai mengingat harga batubara masih terus melonjak di pasar global. Hal ini sejalan dengan permintaan batubara global yang diprediksi tumbuh 2% pada tahun 2022, yang mana China dan India masih menjadi konsumen terbesar untuk komoditas tersebut. Ditambah lagi, adanya sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Rusia membuat kebutuhan batubara di kawasan Eropa mengalami peningkatan. SMMT pun melirik peluang untuk melakukan penjualan batubara dalam rangka memenuhi kebutuhan energi di Benua Biru. Selain itu, permintaan batubara di dalam negeri juga masih tergolong tinggi. Ini dibuktikan dengan proyeksi produksi batubara nasional yang mencapai 663 juta ton pada 2022. Sementara, konsumsi batubara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) diprediksi sebesar 115 juta ton.
Manajemen SMMT berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan batubara domestik atau
domestic market obligation (DMO). Tahun lalu, dari total 2,04 juta ton batubara yang dijual SMMT, sebanyak 72% di antaranya ditujukan untuk pasar dalam negeri. Roza menambahkan, SMMT mengalokasikan dana belanja modal atau
capital expenditure (capex) sebesar Rp 30 miliar pada tahun ini. Namun, ia tidak menjelaskan secara rinci rencana penggunaan dana tersebut.
Baca Juga: Saham Pendatang Baru Mendominasi Top Gainers Januari, Waspada Potensi Koreksi Yang terang, untuk memaksimalkan kinerja di tahun ini, SMMT fokus pada peningkatan kualitas logistik dan akses jalan pertambangan hingga efisiensi operasional dan keuangan. SMMT juga memaksimalkan penjualan batubara dengan harga spot maupun kontrak jangka panjang yang mengacu pada indeks harga batubara yang berlaku demi mendapatkan imbal hasil yang terbaik. Lebih lanjut, SMMT juga tidak menutup kemungkinan akan mencari peluang akuisisi lahan tambang suatu saat nanti. Kualitas lahan dan kemudahan perizinan menjadi sejumlah faktor yang dipertimbangkan oleh SMMT.
“Peluang itu ada, kami tetap coba mencari aset-aset yang tidak jauh dari aset kami sekarang di Kalimantan dan Sumatra,” pungkas Roza. Asal tahu saja, SMMT memiliki tambang batubara yang dikelola lewat anak usahanya PT Triaryani di Sumatera Selatan dan PT Internasional Prima Coal di Kalimantan Timur. Masing-masing tambang tersebut memiliki kemampuan produksi hingga kisaran 1 juta ton per tahun. Di samping itu, SMMT juga memiliki proyek tambang batubara Tabalong, Kalimantan Selatan yang masih dalam tahap eksplorasi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari