Golden Eagle (SMMT) Bakal Tambah Armada Angkutan Batubara Usai Dicaplok Geo Energy



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) bakal ekspansi menambah armada angkutan batubara usai memiliki pemegang saham pengendali baru. Direktur SMMT, Deni Kusmayadi mengatakan, rencana penambahan jumlah armada bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi batubara perusahaan.

Saat ini, manajemen tengah menghitung berapa penambahan jumlah armada yang direncanakan.

“Jadi strategi kami adalah kami mencoba untuk meningkatkan kapasitas produksi, karena memang keberadaan dari logistik harus inline dengan rencana produksi yang akan dilakukan perusahaan,” ujarnya dalam sesi paparan publik, Rabu (15/11).


Seperti diketahui, SMMT kini telah memiliki pemegang saham pengendali baru. Ini setelah PT Geo Energy Investama merampungkan proses akuisisi terhadap 58,65% saham SMMT dari Grup Rajawali Corp pada Oktober 2023 lalu.

Anak usaha dari Geo Energy Resources Limited yang terdaftar di Bursa Saham Singapura sejak tahun 2012 itu membeli saham SMMT dari PT Mutiara Timur Pratama dengan harga pengambilalihan senilai Rp 1.305,50 per saham. Nilai total pengambilalihannya Rp 2,41 triliun.

Baca Juga: Dicaplok Geo Energy, Komisaris & Direksi Golden Eagle (SMMT) Kompak Mengundurkan Diri

Jajaran Direksi dan Komisaris SMMT juga ikut berganti beberapa waktu kemudian menyusul aksi korporasi tersebut. Pengangkatannya dikukuhkan lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung Rabu (15/11).

PT Geo Energy Investama sendiri bukan pemain baru  di bidang pertambangan batubara. Saat ini, Geo Energy Investama memiliki 4 konsesi di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dengan pencapaian produksi hingga 10 juta metrik ton (MT) per tahun.

Belum ketahuan berapa rencana produksi yang hendak SMMT kejar kelak di bawah  pemegang saham pengendali baru.

“Saat ini kami masih melakukan evaluasi, berbarengan dengan itu juga tim sedang menginput data,” terang Deni.

Sambil merancang agenda bisnis ke depan, kegiatan produksi batubara SMMT tetap jalan. Sepanjang Januari-September 2023, SMMT telah merealisasikan produksi batubara sebanyak 1,95 juta ton, turun sekitar 20% dibanding realisasi periode Januari-September 2022 yang mencapai 2,44 juta ton.

Setali tiga uang, volume penjualan batubara SMMT ikut turun dari semula 2,25 juta ton di Januari-September 2022 menjadi 1,96 juta ton di Januari-September 2023. Tapi, dengan ditopang volume penjualan tersebut, SMMT membukukan penjualan neto Rp 771,50 miliar di Januari-September 2023.

Jumlah tersebut tumbuh 8,09% dibanding realisasi penjualan neto periode Januari-September 2022 yang berjumlah Rp 713,73 miliar.

 
SMMT Chart by TradingView

Hanya saja, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menyusut 40,64% secara tahunan alias year-on-year (YoY) dari semula Rp 282,32 miliar di Januari-September 2022 menjadi Rp 167,57 miliar di Januari-September 2023.

“Hal ini disebabkan antara lain karena menurunnya harga komoditas batubara dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” jelas Corporate Secretary SMMT Susanti Nilam.

Manajemen tidak blak-blakan menyebut berapa volume produksi yang direncanakan di sepanjang 2023. Namun, mengintip Laporan Tahunan perusahaan, SMMT menyebutkan bahwa manajemen memproyeksikan volume produksi sebanyak  2,79 juta ton batubara  dengan  perolehan pendapatan sebesar Rp 1,2 miliar di sepanjang tahun 2023.

“Ada beberapa adjustment (seiring penurunan harga batubara) dari target kami tahun lalu, tapi sampai saat ini kami belum melakukan revisi RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya) untuk yang tahun 2023,” tutur Susanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari