Goldman Bukukan Kerugian Kuartalan Pertama



NEW YORK. Goldman Sachs pada Selasa (16/12) melaporkan kerugian kuartalan pertamanya sejak go public pada 1999. Selama kuartal keempat fiscal, kerugian yang harus ditanggung Goldman mencapai US$ 2,29 miliar.

Adanya derita kerugian tersebut membuktikan bahwa guncangan pasar finansial juga turut mengguncangkan kinerja institusi finansial terbaik dunia. Asal tahu saja, perusahaan yang berbasis di New York tersebut sudah sejak lama dikenal sebagai bank investasi terbesar di Wall Street. Dan dalam beberapa kuartal terakhir, Goldman cukup kokoh meski diterpa beragam guncangan.

Pada kuartal yang berakhir 30 November, Goldman mengalami kerugian sebesar US$ 4,97 per saham. Sebagai perbandingan saja, pada tahun lalu pendapatan Goldman mencapai US$ 3,17 miliar atau US$ 7,01 per saham.


Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Thomson Reuters, secara rata-rata, para analis memprediksi adanya kerugian sebesar US$ 3,73 per saham untuk kuartal terakhir ini. Memang dalam beberapa minggu terakhir, para analis sudah melakukan pemangkasan prediksi pendapatan Goldman secara tajam.

Meski demikian, para investor seakan tidak terpengaruh, bahkan nilai saham Goldman semakin tinggi. Pada perdagangan sore kemarin di Wall Street waktu new York, saham Goldman melompat 15% atau US$ 9,91 menjado US$ 76,37. Dengan demikian, sepanjang tahun ini, harga saham Goldman sudah melorot sebanyak 69%.

Morningstar Inc equity analyst Michael Wong bilang, Goldman memiliki kemampuan untuk menyusutkan total asetnya mencapai 18% menjadi US$ 885 miliar selama kuartal kemarin. Hal itulah yang kemudian membantu Goldman untuk mengurangi jumlah dana yang dipinjam dibandingkan dengan modal perusahaan atau lazim dikenal dengan leverage.

Belakangan, sejumlah bank investasi memang tengah berupaya mengurangi tingkat leverage-nya. Hal itu ditujukan untuk mengurangi kekurangan likuiditas setelah mengalami kerugian.

Kerugian kuartalan yang diderita Goldman dalam periode tiga bulanan secara otomatis membuat perubahan dalam sektor investasi perbankan. Sektor ini kembali digalakkan fungsinya setelah kolapsnya Lehman Brothers pada bulan September dan penjualan Merrill Lycnh & Co ke Bank of America Corp.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie