Goldman: China beri sinyal penggelontoran stimulus



NEW YORK. Perekonomian China masih menjadi perhatian market saat ini. Goldman Sachs mengatakan, berdasarkan rumor yang berkembang, ada indikasi China kembali akan memberlakukan pelonggaran kebijakan melalui pengucuran stimulus.

Prediksi bank investasi asal AS itu merujuk pada pertemuan Dewan Negara China yang dihelat pada pekan ini. Rapat tersebut mendiskusikan rencana persetujuan proyek investasi di Negeri Panda.

Selain itu, Dewan Negara pada pekan lalu juga mengumumkan bahwa tim inspeksi akan diterjunkan untuk memastikan pelaksanaan proyek agar tepat waktu.


"Kami meyakini bahwa dua peristiwa tersebut merupakan sinyal utama bahwa pemerintah berniat memperlonggar kebijakan untuk kedua kalinya pada tahun ini," jelas Goldman.

Goldman juga menambahkan, keputusan untuk mengeluarkan kebijakan yang longgar diambil China seiring lemahnya pertumbuhan ekonomi mereka. "Khususnya di sektor fixed asset investment (FAI)," imbuh Goldman.

Seperti yang dikutip dari data CNBC, indeks FAI China pada periode Januari hingga Juli 2016 mencatatkan kenaikan 8,1%. Angka tersebut berada di bawah prediksi Reuters sebesar 8,8%.

Goldman meramal, stimulus segar yang akan digelontorkan berdampak signifikan terhadap target ekonomi China.

Selain itu, Goldman juga mencatat adanya sejumlah proyek besar yang pengerjaannya molor dari target yang ditentukan. Dewan Negara saat ini tengah menggodok sistem reward maupun pinalti atas pengimplementasian proyek yang ada.

Pelonggaran kebijakan juga meliputi sejumlah hal lain. Goldman meramal, China akan melakukan pemangkasan Giro Wajib Minimum (GWM).

Tak hanya itu, dengan adanya kemungkinan bank sentral AS menaikkan suku bunga, maka kemungkinan China untuk menggunting suku bunga acuannya sangat rendah.

Goldman memprediksi, Produk Domestik Bruto (PDB) China di paruh kedua tahun ini akan moderat.

Catatan saja, di kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi China tumbuh 6,7% (year on year) dan 1,8% (qoq). Pemerintah China menargetkan pertumbuhan ekonomi mereka di kisaran 6,5% hingga 7% pada tahun ini.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie