SHANGHAI. Goldman Sachs Group Inc memprediksi, masa-masa kenaikan saham-saham di China yang sudah berlangsung sejak November akan segera berakhir. Salah satu penyebabnya adalah menurunnya pendapatan perusahaan di Negeri Tirai Bambu itu sebesar 17%. “Masa bullish bursa China akan segera berakhir. Diperkirakan, butuh waktu sekitar tiga tahun bagi perekonomian China untuk pulih lagi,” jelas Thomas Deng, Head of China Strategist Goldman Sachs. Asal tahu saja, indeks acuan Shanghai Composite sepanjang tahun ini sudah melesat 21%. Hal ini terjadi setelah pemerintah China mengumumkan serangkaian kebijakan baru dengan menggelontorkan dana senilai 4 triliun yuan atau US$ 585 miliar pada 9 November lalu. Selain itu, bank sentral China juga sudah memangkas suku bunga acuannya sebanyak lima kali sejak September untuk mendorong perbaikan industri dan mengerem bertambahnya jumlah pengangguran. Namun, UBS AG tak sependapat dengan Goldman. UBS bilang, saat ini para investor tengah mempersiapkan dan menunggu hasil laporan kerja para perusahaan. Menurut Li Chen, Strategist UBS AG, kenaikan saham China yang merupakan bursa dengan performa terbaik tahun ini akan terus berlanjut. Li bilang, hal ini akan terjadi seiring dengan adanya perbaikan pendapatan perusahaan dan semakin meningkatnya pinjaman bank. “Saat ini investor mempersiapkan diri dengan bakal dirilisnya data perekonomian dan pendapatan. Ada berita positif akan melonjakkan kinerja bursa pada kuartal pertama,” kata Li. Berdasarkan data UBS, perusahaan konstruksi China diprediksi akan membukukan pendapatan yang meningkat pada kuartal dua mendatang dibanding dengan kuartal sebelumnya. Alhasil, itu akan membuat saham-saham perusahaan konstruksi pun melambung tinggi.
Goldman: Masa-Masa Bullish Bursa China Akan Segera Berakhir
SHANGHAI. Goldman Sachs Group Inc memprediksi, masa-masa kenaikan saham-saham di China yang sudah berlangsung sejak November akan segera berakhir. Salah satu penyebabnya adalah menurunnya pendapatan perusahaan di Negeri Tirai Bambu itu sebesar 17%. “Masa bullish bursa China akan segera berakhir. Diperkirakan, butuh waktu sekitar tiga tahun bagi perekonomian China untuk pulih lagi,” jelas Thomas Deng, Head of China Strategist Goldman Sachs. Asal tahu saja, indeks acuan Shanghai Composite sepanjang tahun ini sudah melesat 21%. Hal ini terjadi setelah pemerintah China mengumumkan serangkaian kebijakan baru dengan menggelontorkan dana senilai 4 triliun yuan atau US$ 585 miliar pada 9 November lalu. Selain itu, bank sentral China juga sudah memangkas suku bunga acuannya sebanyak lima kali sejak September untuk mendorong perbaikan industri dan mengerem bertambahnya jumlah pengangguran. Namun, UBS AG tak sependapat dengan Goldman. UBS bilang, saat ini para investor tengah mempersiapkan dan menunggu hasil laporan kerja para perusahaan. Menurut Li Chen, Strategist UBS AG, kenaikan saham China yang merupakan bursa dengan performa terbaik tahun ini akan terus berlanjut. Li bilang, hal ini akan terjadi seiring dengan adanya perbaikan pendapatan perusahaan dan semakin meningkatnya pinjaman bank. “Saat ini investor mempersiapkan diri dengan bakal dirilisnya data perekonomian dan pendapatan. Ada berita positif akan melonjakkan kinerja bursa pada kuartal pertama,” kata Li. Berdasarkan data UBS, perusahaan konstruksi China diprediksi akan membukukan pendapatan yang meningkat pada kuartal dua mendatang dibanding dengan kuartal sebelumnya. Alhasil, itu akan membuat saham-saham perusahaan konstruksi pun melambung tinggi.