Goldman pilih tembaga sebagai komoditas paling atraktif



JAKARTA. Kemerosotan suplai tembaga dalam enam tahun terakhir membuat harga tembaga terus melambung. Permintaan tembaga tahun depan akan melebihi jumlah pasokan yang hanya 367.500 metrik ton. Untuk itulah Goldman Sach Group Inc dan Morgan Stanley memilih tembaga sebagai pilihan teratas di bursa komoditas.

Harga tembaga naik 34% sejak Juni 2010 setelah Dana Moneter Internasional memprediksi perlambatan pertumbuhan dunia, dimana tingkat pengangguran di AS mendekati level tertinggi selama lebih dari seperempat abad.

Credit Suisse Group memprediksi harga tembaga tahun 2011 mencapai harga rata-rata US$ 8.542 per ton. Angka ini naik 15% dari harga tembaga tahun 2010. Tahun ini saja, harga tembaga meningkat 18% dari tahun lalu. Harga tembaga di London Metal Exchange pada 3 Desember 2010 lalu mecapai US$ 8.725 per ton. "Tembaga menjadi komoditas yang paling atraktif untuk komoditas berbasis logam." kata Ian Henderson Asset Manager JP Morgan Chase&Co. Kebutuhan tembaga meningkat seiring naiknya kebutuhan tembaga sebagai bahan baku produksi bantalan tombol di ponsel pintar. Tahun depan permintaan tembaga akan naik 4,2%. Salah satu penyebab pasokan tembaga dunia merosot lantaran produksi tembaga di Escondida, tambang tembaga terbesar di dunia, turun 10% dalam dua bulan yang berakhir Juni 2010 lalu. Pasokan tembaga dari Amerika Selatan pun akan turun menjadi 1,1 miliar pon tahun ini dibanding tahun 2009 yang sebanyak 1,2 miliar pon. Penjualan tembaga dari Indonesia pun akan berkurang dari 1,4 miliar pon jadi hanya 1,2 miliar pon. Namun beberapa analis memperkirakan kekurangan pasokan tembaga di pasar dunia belum akan tercermin dalam jangka pendek di bursa berjangka. Harga tembaga untuk pengiriman Desember 2011 diperdagangkan di angka US$ 8.555 per ton. Angka itu 1,9% dibawah harga dari kontrak acuan untuk pengiriman tiga bulan. NamunGoldman memprediksi harga tembaga pada saat itu akan menyentuh US$ 11.000 per ton. Itulah sebabnya, tembaga menjadi salah satu rekomendasi komoditas dari Goldman.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini