Goldman suntikkan US$ 1 miliar ke pasar uangnya setelah penarikan besar-besaran



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Goldman Sachs Group Inc mengguyur lebih dari US$ 1 miliar ke dalam dua dari portofolio pasar uang utama minggu ini karena penarikan besar-besaran oleh investor, yang digambarkan Wall Street sebagai langkah pre-emptive untuk meningkatkan likuiditas pada saat tertekan terkait virus corona.

Mengutip Reuters, Minggu (22/3), Goldman membeli uS$ 722,4 juta aset dari dana pasar uang GS Financial Square dan US$ 301,2 juta dari dana obligasi perdana GS Fund Square berdasarkan keterbukaan informasi Goldman pada pencatatan Komisi Sekuritas dan Bursa AS Jumat.

Investor menarik aset bersih US$ 8,1 miliar dari dua dana, memberikan tekanan pada tingkat likuiditas bank, menurut situs web Goldman.


Baca Juga: Bukan lagi prediksi, ekonom sebut resesi global akibat corona sudah mulai terjadi

Juru bicara Goldman Patrick Scanlan mengatakan, Goldman membeli aset pada nilai pasar sebagai langkah proaktif dan bukan dari posisi tertekan. Transaksi dilakukan pada Kamis.

"Tindakan ini menggarisbawahi komitmen kami pada dana GSAM yang menyediakan likuiditas pada klien yang berfokus pada implikasi jangka pedek dari situasi pasar saat ini," kata David Fishman, kepala tim manajemen portofolio solusi likuiditas Goldman Sachs Asset Management dalam sebuah pernyataan melalui email.

Aturan Securities and Exchange Commission (SEC) menentukan bahwa manajer investasi harus menyimpan setidaknya 30% dari portofolio mereka dalam sekuritas yang dapat dikonversi menjadi uang tunai dalam lima hari kerja sehingga mereka dapat memenuhi penukaran investor.

Tingkat likuiditas mingguan Goldman Financial Square Money Market Fund adalah 34% sebelum pembelian, dan melonjak menjadi 46% pada Jumat akhir pekan. 

Likuiditas mingguan Prime Obligation Fund nya naik dari 44% menjadi 55%, menurut Goldman dalam emailnya.

Di seluruh industri, para investor menarik puluhan miliar dolar dana dari pasar uang utama yang membeli surat utang perusahaan berperingkat tinggi. Meskipun mereka termasuk di antara wahana investasi yang paling jinak, mereka bisa lebih berisiko daripada portofolio yang lebih mengandalkan obligasi pemerintah AS.

Editor: Herlina Kartika Dewi