KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nampaknya saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) betah berada di zona Rp 50 alias gocap. Hingga akhir perdagangan Rabu (12/6), GOTO parkir di level Rp 52 per saham. Padahal kinerja keuangan emiten teknologi ini mulai membaik. Terlebih setelah GOTO mendivestasi PT Tokopedia kepada ByteDance Ltd untuk bergabung ke TikTok Shop. Menilik kinerja keuangan di kuartal I-2024, GOTO membukukan rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 861,91 miliar. Ini menyusut 77,68% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 3,86 triliun.
Dari sisi top line, GOTO berhasil mencetak pendapatan bersih sebesar Rp 4,1 triliun atau naik 23,3% secara tahunan dari kuartal I-2023 yang hanya Rp 3,3 triliun. Dalam pendapatan bersih tersebut, GOTO mulai menerima pendapatan jasa e-commerce alias e-commerce services fee senilai Rp 110 miliar selama periode Februari–Maret 2024.
Baca Juga: Imbas Merger dengan Tokopedia, Induk TikTok Dikabarkan PHK 450 Karyawan GOTO juga berhasil memangkas seluruh beban yang dihasilkan. Ini terdongkrak berkat dekonsolidasi Tokopedia, yang mana saat ini GOTO mengendalikan 24,99% saham e-commerce berlogo hijau itu. Total beban turun 32% YoY menjadi Rp 5,02 triliun dibandingkan sebelumnya Rp 7,37 triliun. Penurunan beban didukung penurunan beban penjualan dan pemasaran sebesar 55,64% YoY dan beban umum 34,93% YoY. Kendati begitu, pergerakan saham GOTO tak sejalan dengan pemulihan kinerja fundamentalnya. Bahkan sepanjang 2024 berjalan, harga tertinggi GOTO ada di Rp 92. Oktavianus Audi, Head of Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas mengatakan, penurunan harga saham GOTO menjadi kerugian terbesar bagi investor yang membeli di pasar reguler. Jika investor yang mengoleksi saham GOTO pada saat Initial Public Offering (IPO) di harga Rp 338 per saham dan tidak melakukan
averaging down sebesar 84% dibandingkan pendiri. Audi mencermati penurunan harga saham GOTO belakangan ini merupakan respon investor atas perginya para pendiri GoTo. Alhasil, kepercayaan investor kepada emiten mengalami penurunan. “Dampak kepercayaan investor terhadap emiten terlihat menurun, selain itu dampak terhadap internal adalah perubahan visi dan nilai perusahaan ke depannya,” jelasnya kepada Kontan, Rabu (12/6). Audi menambahkan tekanan pada saham GOTO juga berasal dari sentimen marko, yakni tingginya suku bunga. Sentimen ini juga berdampak ke hampir seluruh lini sektor, termasuk teknologi. Secara prospek, Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis memproyeksikan segmen on demand services (ODS) GOTO masih bisa tumbuh sekitar dua digit pada 2024.
Sementara untuk pengembangan unit financial technology services atau GoPay masih berada di tahap awal. Niko menilai GOTO baru akan mendorong potensi yang dimiliki GoPay.
“Sampai sekarang pertumbuhan secara pengunduh dan pengguna aktif aplikasi GoPay paling menarik dari semua financial services termasuk dari bank konvensional,” kata Niko. Niko menilai masih perlu waktu bagi GoPay untuk membuahkan hasil. Namun dalam hitungannya, target harga GOTO ada di harga Rp 120 per saham. Sedangkan Kiwoom Sekuritas menyematkan peringkat netral untuk sektor teknologi. Khusus untuk GOTO, Audi merekomendasikan hold dengan target harga Rp 66 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari