KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) diisukan tengah berbincang dengan Grab Holdings Ltd terkait upaya merger. Melansir
Bloomberg, merger itu bertujuan untuk mengatasi kerugian yang telah dialami oleh kedua perusahaan itu selama bertahun-tahun akibat persaingan yang ketat di antara keduanya. Kedua perusahaan yang memimpin layanan pesan-antar makanan di wilayah berpenduduk lebih dari 650 juta orang itu sedang melakukan diskusi awal tentang berbagai skenario terkait merger.
Salah satu opsi potensial adalah Grab mengakuisisi GOTO dengan menggunakan uang tunai, saham, atau kombinasi keduanya.
Baca Juga: Badai Winter Tech Masih Berlangsung, Ini Dampaknya ke Kinerja Emiten Teknologi Sumber
Bloomberg mengatakan, GOTO lebih terbuka terhadap kesepakatan merger itu setelah Patrick Walujo mengambil alih posisi
chief executive officer (CEO). Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, merger GOTO dan Grab didorong salah satunya akibat
winter tech yang melanda emiten sektor teknologi global. Kinerja GOTO masih prospektif, tetapi belum mampu menciptakan laba akibat biaya operasional yang tinggi. Salah satu upaya untuk meringankan beban operasional adalah kerja sama antara Tokopedia dengan TikTok. “Merger dengan Grab bisa menurunkan biaya operasional dan bisa membantu GOTO cetak laba,” kata Teguh kepada Kontan.co.id, Minggu (11/2).
Baca Juga: Grab dan GoTo Jajaki Peluang Merger Menurut Teguh, jika merger dengan Grab ini tidak dilakukan, kemungkinan unit usaha Go-Jek akan makin memberatkan kinerja keuangan GOTO secara keseluruhan. “Pembiayaan lewat penerbitan saham lagi itu tidak mudah, sehingga GOTO harus pakai cara lain untuk meringankan beban operasional dan menambah modal,” papar Teguh. Di sisi lain, isu merger GOTO dan Grab diproyeksi akan mematikan perusahaan serupa di Tanah Air. Sebab, dua raksasa teknologi ini bisa jadi akan memonopoli pangsa pasar di Indonesia. Teguh juga menyinggung, ada kemungkinan bahwa kerja sama TikTok dengan Tokopedia mendapat campur tangan pemerintah. Sebab, pelarangan TikTok Shop oleh pemerintah yang membuat kerja sama dengan Tokopedia terjalin. “Dengan
privilege ini, kinerja GOTO bisa semakin berkembang. Namun, timbul kemungkinan akan terjadi monopoli di sektor teknologi, khususnya
e-commerce dan layanan antar jemput,” papar dia. Teguh merekomendasikan
hold untuk GOTO dengan target harga Rp 100 per saham-Rp 120 per saham. “Ini sambil kita tunggu kinerjanya hingga akhirnya beneran laba lewat kedua upaya itu,” papar dia.
Baca Juga: KPPU akan Mengawasi Penggabungan TikTok dan Tokopedia CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan, GOTO dengan Grab bisa membawa peningkatan margin dan nilai tambah bisnis emiten itu secara keseluruhan. “Hal ini dapat berdampak positif pada perbaikan kinerja emiten GOTO dalam jangka panjang. GOTO sendiri saat ini masih dalam tren peningkatan kinerja keuangan emiten,” ujar Praska kepada Kontan.co.id, Minggu (11/2). Sementara, dampak merger kedua perusahaan itu bagi emiten-emiten sektor teknologi lainnya akan positif jika sinergi yang terjalin bagus. “Jika hasilnya positif, maka juga dapat menjadi referensi atau katalis positif untuk emiten-emiten sektor teknologi lainnya untuk saling bersinergi agar dapat meminimalkan biaya dan menjaga margin,” ungkap Praska.
Baca Juga: Simak Sektor dan Saham Prospektif di Tahun Naga Kayu Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menyarankan investor untuk
wait and see terlebih dahulu soal rencana merger GOTO dan Grab. “Sebab, ini masih isu.
Wait and see dulu,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Jumat (9/2). Menurut Nafan, kinerja emiten teknologi di tahun 2024 masih mengandalkan konsumsi domestik yang kuat, sehingga masih terus menerapkan strategi peningkatan promosi. “Ini bisa memberikan peluang dan tantangan bagi pertumbuhan
net profit margin,” ungkapnya. Nafan merekomendasikan
hold untuk GOTO dengan target harga masing-masing Rp 116 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati