JAKARTA. Produsen minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) PT Gozco Plantation Tbk gencar menambah areal tertanam baru. Ini dilakukan sebagai upaya Gozco untuk mengerek volume produksi tandan buah segar (TBS) dan CPO di masa mendatang. Setidaknya, perusahaan dengan kode saham GZCO ini menargetkan bisa menambah sekitar 4.000 hektare (ha) areal tanam baru sepanjang tahun ini. Investor Relation Gozco, Ferryan Sukri menyebut, meski pada paro pertama tahun ini Gozco hanya merealisasikan penanaman seluas 500 ha, namun dia yakin target penanaman tahun ini tercapai.
Ferryan mengklaim, pada akhir tahun ini merupakan waktu yang cocok untuk melakukan penanaman. "Musim penghujan yang mulai turun, membuat penanaman sawit akan lebih efektif," paparnya, Senin (1/10). Sekadar catatan, sampai akhir semester I tahun ini, Gozco memiliki total lahan perkebunan seluas 80.000 ha di Sumatera Selatan. Jumlah tersebut terdiri dari lahan tertanam seluas 37.000 ha, areal penggunaan lain (APL) seluas 53.135 ha, dan sisanya lahan gambut yang belum bisa ditanami. Menurut Ferryan, nantinya, demi menggenjot kinerja produksi minyak sawit, Gozco akan fokus menanami lahan APL tersebut secara bertahap. Yang jelas, untuk menanam sawit di atas lahan seluas 1 ha, Goszo setidaknya harus merogoh kocek sebesar US$ 2.600. Pangkas target Sayangnya, Gozco harus memangkas target produksi tahun ini, lantaran realisasi di paro pertama tahun ini tidak maksimal. Awalnya, Gozco optimistis bisa memproduksi sebanyak 200.000 ton TBS sepanjang tahun ini. Tapi, produksi di semester I ternyata jauh dari harapan. Di semester itu, Gozco hanya menghasilkan 62.970 ton TBS, turun 10% dibanding semester I tahun lalu. Akibatnya, Gozco pun merevisi target produksi TBS menjadi 185.000 ton. Penurunan produksi TBS otomatis memengaruhi hasil produksi CPO. Hingga paro pertama 2012, Gozco hanya mampu menghasilkan 19.816 ton minyak sawit. Pencapaian tersebut lebih rendah 25% dari periode yang sama di 2011. Itu sebabnya, manajemen Gozco pun merevisi target produksi CPO tahun ini menjadi 60.000 ton. Padahal, di awal tahun, perseroan mematok produksi minyak sawit mentah sebanyak 67.500 ton, meningkat 16% dari realisasi tahun lalu. Menurut Ferryan, kurang maksimalnya produksi TBS karena pada periode Juli hingga September 2011, intensitas hujan tak terlalu tinggi di perkebunan Gozco di Sumatra Selatan. Kondisi itu menyebabkan perkebunan Gozco kurang pasokan air. Padahal, curah hujan yang tinggi diperlukan untuk mendukung proses pembuahan kelapa sawit saat itu.
Cuaca tak bersahabat iniberlanjut hingga periode Mei-Juni di tahun ini. Namun sebaliknya, saat itu curah hujan di lahan Gozco terlalu banyak. Padahal, di periode itu, kebun sawit Gozco justru sedang membutuhkan cuaca kering untuk mendukung proses pematangan buah. Akibat penurunan produksi CPO tersebut, kinerja keuangan perseroan pun lesu. Pada paro pertama tahun ini, Gozco hanya menorehkan penjualan bersih sekitar Rp 165,9 miliar. Jumlah tersebut turun 22,5% dari periode yang sama 2011, sebesar Rp 214,1 miliar. Dus, keuntungannya pun ikut jeblok. Gozco hanya mampu mengantongi laba bersih Rp 47,66 miliar pada akhir Juni 2012, atau anjlok 46% dibanding laba per Juni 2011 yang mencapai Rp 87,55 miliar.n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri