GPMT sebut rata-rata harga pakan ternak saat ini Rp 7.300 per kg



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) menyatakan saat ini rata-rata harga pakan ternak di lapangan sebesar Rp 7.300 per kilogram (kg). GPMT merinci harga real pakan di lapangan ada di rentang Rp 7.000 - Rp 7.800 per kg.

Ketua Umum GPMT, Desianto Budi Utomo, mengatakan, dalam menghadapi situasi harga bahan baku utama pembuatan pakan baik bahan baku lokal yakni jagung maupun impor yang terus meningkat, para produsen pakan anggota GPMT berusaha keras membantu para peternak untuk tetap bisa melangsungkan usahanya.

Desianto melanjutkan, saat ini, rata-rata penyerapan jagung anggota GPMT di bawah 7 juta ton per tahun. Rinciannya, pada tahun 2019 sebesar 6,6 juta ton dan pada 2020 sebesar 6,5 juta ton. "Dengan asumsi pemakaian jaung dalam formula pakan sebesar 40% saja," ujarnya dalam siaran pers, Rabu (21/4).


Menurut Desianto, pemakaian jagung untuk beberapa jenis pakan idealnya rata-rata 50%, bahkan untuk jenis pakan tertentu pemakaian jagung dalam formula pakan bisa lebih dari 50%. 

Baca Juga: Harga daging ayam melonjak di pasar terkerek kenaikan harga jagung

Kecukupan jagung di industri pakan saat ini mengalami penurunan (Januari 35 hari,Februari 33 hari, dan dibulan Maret 32 hari). Idealnya kecukupan jagung pada industri pakan untuk 2 bulan. 

Pada saat puncak panen (panen raya) dibulan Maret dan April,harga jagung terus melambung bahkan saat ini di Sentra penghasil jagung seperti di Sumatera Utara harga per tanggal 20 April 2021 sudah menyentuh Rp 6.100  per kg (KA 15% franco pabrik) jauh diatas harga acuan dalam Permendag No. 07 Tahun 2020 sebesar Rp 4.500  per kg.

Terkait dengan wacana pemerintah soal importasi pakan, Desianto mengatakan, secara nasional pabrik pakan Indonesia masih memiliki idle capacity terpasang sekitar 35%.  

Kemudian, ia bilang, dampak importasi pakan akan sangat massive terhadap industri pakan nasional yang sudah lebih dari 50 tahun swasembada pakan.

Baca Juga: Dukung rantai bisnis produk perikanan, Kemendag optimalkan pemanfaatan SRG

Lalu ada multiplier effects dari importasi pakan terhadap industri bisa meluas ke sub sektor lainnya, seperti Petani jagung, Peternak dan Pedagang ayam (ayam petelur maupun ayam pedaging), tenaga kerja budidaya ayam, anak-anak kendang,serapan katul dan bahan pakan lainnya.

GPMT mencatat ada sekitar lebih dari 12 juta keluarga petani dan peternak yang bergantung kehidupannya pada industri pakan.

Desianto melanjutkan, belajar dari kasus importasi ayam di Filipina, sekali masuk daging ayam ke negara tersebut untuk test injury impact telah menyebabkan industri ayam di Filipina collapse dan hingga sekarang ini tidak bisa bangkit lagi.

"Akan menjadi trigger untuk importasi ayam dengan dasar pemikiran bahwa harga ayam impor (Brazil) lebih murah," pungas Desianto.

Selanjutnya: Stabilitas harga jagung jadi salah satu penentu kinerja Charoen Pokphan (CPIN)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli