KONTAN.CO.ID - Tiga krisis planet (
triple planetary crisis) kini semakin mengancam kelestarian Bumi. Istilah ini merujuk pada berbagai masalah lingkungan yang saling terkait akibat perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, serta penumpukan berbagai limbah dan polusi. Tantangan ini mendorong korporasi untuk menerapkan kepemimpinan hijau (
green leadership) yang mendukung transformasi bisnis berkelanjutan. Di Indonesia, istilah
green leadership merujuk pada kemampuan para pemimpin korporasi untuk menentukan sekaligus menerapkan visi keberlanjutan yang berpihak pada lingkungan, seraya menyelaraskan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 pada unsur Kemanusiaan (
people), Bumi (
planet), dan Kemakmuran (
prosperity), Kedamaian (
peace), Kemitraan (
partnership). Beberapa contohnya dapat dilihat pada penggunaan energi terbarukan, transisi ke kendaraan listrik (
Electric Vehicle-EV), dan peran
ecopreneurs dalam memperluas langkah hijau di banyak sektor.
Polytron misalnya, merek kenamaan nasional di bidang
home electronics kini memiliki lini bisnis EV melalui rangkaian model sepeda motor listrik yang berdesain
sporty. Ada pula Modena, pionir
home appliances, yang gencar mempromosikan energi terbarukan lewat produk panel surya untuk penggunaan di rumah, bisnis, dan industri. Pesatnya pertumbuhan tren
ecopreneurship di Indonesia juga hadirkan peluang memperluas langkah keberlanjutan di industri, khususnya terkait solusi rantai pasok yang lebih ramah lingkungan. Ini dibuktikan oleh Ecoxyztem, sebuah
venture builder yang mendukung pertumbuhan
startup teknologi iklim, yang menggandeng tiga
ecopreneurs lokal untuk memperkuat portofolionya. Ketiganya adalah Waste4Change untuk manajemen limbah terkemuka, CarbonEthics berfokus pada pengurangan emisi, serta BIKI yang menciptakan Chitasil, inovasi pelapis alami sayur dan buah terbuat dari cangkang udang, untuk mengatasi
food loss dan
food waste. Strategi di atas merupakan contoh inovasi
green leadership yang mengedepankan pengembangan solusi inovatif untuk menjawab tantangan dengan praktik berkelanjutan demi keberlangsungan generasi masa depan. Upaya tersebut juga dipercaya dapat memperluas peluang lapangan kerja untuk mendukung peningkatan adaptasi ekonomi hijau, perbaikan kualitas lingkungan hidup, dan memperbanyak lahirnya talenta hijau (
green talent) berkualitas di industri.
Membumi Festival ajak semua pihak CollaborAction untuk lingkungan
Peran
multi-stakeholders dalam menghadapi tiga krisis planet menjadi bahasan diskusi dalam acara Langkah Membumi Dinner 2 di Showroom MODENA Suryo, Selasa (1/10) malam. Diskusi yang menjadi rangkaian menuju Langkah Membumi Festival 2024, sebuah gelaran festival keberlanjutan kolaborasi Blibli Tiket Action dan Ecoxyztem, menyoroti pentingnya kolaborasi dan kepemimpinan dari berbagai pihak dalam meningkatkan aspek keberlanjutan, termasuk memperluas pembahasan dan aksi pelestarian bumi oleh korporasi.
Y.W. Junardy, President UN Global Compact Network Indonesia (IGCN), dalam diskusi tersebut mengatakan, “Kita perlu mengapresiasi upaya korporasi, lembaga swadaya masyarakat, dan
ecopreneurs dalam mengintegrasikan keberlanjutan dalam aksi hijau. Namun, perhatian pemerintah tetap diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang ideal untuk keberlanjutan masa depan”. Bagi masyarakat luas yang ingin mengenal konsep keberlanjutan dengan cara yang sederhana, mudah dipahami hingga melihat beragam inovasi yang dapat diterapkan dalam keseharian untuk berperan aktif dalam mengurangi dampak perubahan iklim, bisa langsung menuju ke Langkah Membumi Festival 2024, pada 2-3 November 2024 di Senayan Park, Jakarta. Mengusung tema
‘CollaborAction for the Earth’, festival ini hadir sebagai
melting pot bagi para
multi-stakeholders untuk bertukar ide dan gagasan terkait praktik keberlanjutan dalam mengenal solusi iklim yang lebih membumi, dimana setiap detailnya dirancang dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan yang berdasar pada kolaborasi lintas sektor yang terus berinovasi menciptakan aksi-aksi hijau. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini