JAKARTA. Hasil audit PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) sebagai respons atas temuan organisasi lembaga lingkungan hidup Greenpeace tak lantas membikin Greenpeace anteng begitu saja. Melalui situsnya, Greenpeace menegaskan bahwa SMART terus melakukan pemutarbalikan fakta. "Mereka melindungi lingkungan hidup sementara mereka merusak dan terus merusak tempat tinggal satwa hutan seperti orangutan dan merencanakan untuk memperluas operasi mereka lebih luas di hutan dan lahan gambut Indonesia yang kaya karbon," kata Greenpeace, seperti dikutip dari situsnya, yang dirilis Kamis (19/8). Greenpeace mendorong agar perusahaan seperti Cargil harus mengikuti jejak Kraft, Unilever dan Nestle yang telah menghentikan pembelian dari Sinar Mas yang terus merusak hutan Indonesia yang sudah kritis dan mereka mendorong ikut perubahaan iklim."Pemerintah Indonesia harus memastikan Sinar Mas melaksanakan moratorium menghentikan semua pembukaan hutan, termasuk konsesi yang ada dan menjamin perlindungan seluruh lahan gambut," tegas Greenpeace.Sekadar kilas balik, pada 10 Agustus 2010 lalu SMART mengumumkan hasil verifikasi atas temuan organisasi lingkungan internasional Greenpeace. Verifikasi ini dilakukan oleh Control Union Certification (CUC) dan BSI Group (BSI) atau Independent Verification Exercixe Team (IVET) yang sudah mulai bekerja sejak awal April 2010 lalu.Pembentukan tim independen ini adalah buntut pemutusan kontrak pembelian CPO SMART oleh PT Unilever Indonesia Tbk Desember tahun lalu. Tim audit ini ditunjuk oleh SMART setelah mendapat persetujuan dari Unilever.
Greenpeace: SMART putar balikkan fakta
JAKARTA. Hasil audit PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) sebagai respons atas temuan organisasi lembaga lingkungan hidup Greenpeace tak lantas membikin Greenpeace anteng begitu saja. Melalui situsnya, Greenpeace menegaskan bahwa SMART terus melakukan pemutarbalikan fakta. "Mereka melindungi lingkungan hidup sementara mereka merusak dan terus merusak tempat tinggal satwa hutan seperti orangutan dan merencanakan untuk memperluas operasi mereka lebih luas di hutan dan lahan gambut Indonesia yang kaya karbon," kata Greenpeace, seperti dikutip dari situsnya, yang dirilis Kamis (19/8). Greenpeace mendorong agar perusahaan seperti Cargil harus mengikuti jejak Kraft, Unilever dan Nestle yang telah menghentikan pembelian dari Sinar Mas yang terus merusak hutan Indonesia yang sudah kritis dan mereka mendorong ikut perubahaan iklim."Pemerintah Indonesia harus memastikan Sinar Mas melaksanakan moratorium menghentikan semua pembukaan hutan, termasuk konsesi yang ada dan menjamin perlindungan seluruh lahan gambut," tegas Greenpeace.Sekadar kilas balik, pada 10 Agustus 2010 lalu SMART mengumumkan hasil verifikasi atas temuan organisasi lingkungan internasional Greenpeace. Verifikasi ini dilakukan oleh Control Union Certification (CUC) dan BSI Group (BSI) atau Independent Verification Exercixe Team (IVET) yang sudah mulai bekerja sejak awal April 2010 lalu.Pembentukan tim independen ini adalah buntut pemutusan kontrak pembelian CPO SMART oleh PT Unilever Indonesia Tbk Desember tahun lalu. Tim audit ini ditunjuk oleh SMART setelah mendapat persetujuan dari Unilever.