KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perjalanan restrukturisasi PT Garuda Indonesia Tbk (
GIAA) masih menghadapi turbulensi. Pasalnya, perusahaan penyewa pesawat Greylag Goose Leasing mengajukan pembatalan perdamaian. Merespon hal itu, Bursa Efek Indonesia menyematkan notasi tambahan, sehingga GIAA punya tiga notasi khusus. Kini GIAA punya tato B yang mengartikan perusahaan dimohonkan pailit. Greylag Goose Leasing 1410 Designated Activity Company dan Greylag Goose Leasing 1446 Designated Activity telah mendaftarkan gugatan di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta pusat pada 7 Februari 2023.
Plh. Direktur Utama Garuda Indonesia, Prasetio menyebut pihaknya belum menerima relaas pemberitahuan pengajuan pembatalan secara resmi dari Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. "Perseroan akan berkoordinasi lebih lanjut dengan otoritas terkait mengenai informasi tersebut guna mempelajari upaya hukum di maksud dan akan taat pada ketentuan yang berlaku," papar dia Jumat (10/2).
Baca Juga: Usai Digugat Rp 10 T, Greylag Kembali Tempuh Upaya Hukum Mempailitkan Garuda (GIAA) Sebagai tindak lanjut, Perjanjian Perdamaian No. 425/Pdt.Sus-PKPKU/2021/PN.Niaga.Jkt.Pst. yang telah di homologasi, GIAA telah menerbitkan New Notes dan Ekuitas Baru. Ini merupakan bentuk restrukturisasi utang yang telah diterima oleh kreditur termasuk, Greylag 1410 dan Greyla 1446. Adapun nilai utang GIAA dalam Daftar Piutang Terhadap Gerylag 1410 sejumlah Rp 1,08 triliun. Sementara pada Gerylag 1446 nilainya mencapai Rp 1,26 triliun. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menuturkan rampungnya proses restrukturisasi perusahaan yang juga diselaraskan dengan berbagai upaya untuk mengakselerasikan transformasi kinerja. "Hal tersebut yang kami lakukan melalui komunikasi dan diskusi panjang secara intensif bersama seluruh kreditur dalam perampingan proses restrukturisasi beberapa waktu lalu, termasuk dengan kedua lessor tersebut”, kata dia. Masih Ada Harapan Di sisi lain, GIAA saat ini tengah fokus mengejar profitabilitas dengan penurunan pembiayaan, sewa dan beban karyawan serta melakukan restrukturisasi. Hal ini dinilai menjadi prospek bagi GIAA di masa depan.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai penyusutan beban perusahaan akan menjadi katalis positif bagi GIAA. Terlebih adanya penghapusan PPKM yang bisa mendorong permintaan penerbangan.
"Saham GIAA akan lebih prospektif di masa depan. Namun investor perlu mencermati kebijakan strategis yang dilakukan manajemen Garuda," ucap dia.
Dalam riset 31 Januari 2023, Analis Sucor Sekuritas Christofer Kojongian menyebut potensi rights issue GIAA tahun ini dapat memperkuat posisi permodalan emiten pelat merah ini. "Rights issue tahun ini berpotensi lebih besar karena perseroan akan memperkuat posisi permodalannya dengan persyaratkan saham mayoritas tetap dipegang pemerintah dengan kepemilikan minimal 51%," papar dia. Dalam hitungannya, saham GIAA di perdagangan dengan price earning 9,4 kali untuk tahun 2023. Mengacu panduan laba bersih dan EBITA perseroan tahun ini, EV/EBITDA GIAA mencapai 7,6 kali pada 2023 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari