Group Lippo giat ekspansi agar nilai perusahaan meningkat



JAKARTA. Grup Lippo menambah porsi kepemilikannya di PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menjadi 27,03%. Penambahan saham ini dilakukan melalui perusahaan afiliasinya, Pacific Asia Holdings Limited. Langkah ini bakal berdampak positif terhadap kinerja emiten properti itu.

Analis Valbury Asia Securities Winny Raharja menyatakan, langkah Lippo menambah porsi kepemilikan mencerminkan keyakinan grup itu terhadap prospek LPKR. LPKR akan diuntungkan karena lebih mudah melakukan ekspansi serta bisa mencari tambahan modal. "Modal pasti bertambah karena dipasok oleh Grup Lippo," tutur Winny, Kamis (12/5).

Winny mencatat, nilai kapitalisasi pasar LPKR saat ini sekitar Rp 16 triliun. Ini merupakan nilai kapitalisasi pasar terbesar di antara perusahaan properti yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).


Nilai perusahaan

LPKR pernah menuturkan rencana untuk meningkatkan nilai perusahaan dari US$ 3 miliar menjadi US$ 8 miliar. Untuk itu LPKR telah menyusun rencana ekspansi.

Perusahaan properti ini akan menambah portofolio rumah sakit dan mal yang dimiliki. Target mereka, jumlah rumah sakit Siloam Hospital meningkat empat kali lipat jadi 25 rumah sakit. LPKR juga akan menambah 15 mal lagi dari 25 mal yang sudah ada saat ini dalam 5 tahun.

LPKR juga tetap ekspansi di sektor residensial. Proyek baru LPKR di bisnis ini antara lain cluster Rolling Hills di Lippo Village dan apartemen Park View di Depok. LPKR juga berniat membangun hotel J.W. Marriott di kawasan terpadu Kemang Village dan St. Moritz.

Recurring income LPKR juga terus tumbuh. Pada kuartal I 2011 pendapatan berulang LPKR naik 20% menjadi Rp 471 miliar. Ini setara 53,4% total pendapatan perseroan. Analis Danareksa Sekuritas Lydia Suwandi menulis dalam risetnya, bisnis recurring income LPKR lebih menguntungkan karena marjinnya lebih tinggi.

Tapi analis J.P. Morgan Securities Liliana Bambang menilai kinerja LPKR di 2011 akan terhambat oleh perlambatan penjualan Kemang Village dan St. Moritz selama kuartal I 2011.

Meski demikian para analis yang dihubungi KONTAN tetap yakin pendapatan emiten properti ini akan kinclong. Lidya optimistis LPKR bisa mencapai target laba bersih tahun ini Rp 701 miliar, meningkat 33,55% daripada laba bersih di tahun lalu. Sayang pendapatan LPKR diprediksi hanya naik 19,2% menjadi Rp 3,7 triliun. "Pembangunan rumah sakit dan mal baru akan meningkatkan beban perusahaan," tulis Lydia.

Menurut hitungan Lidya, price to earning (PE) di 2011 sebesar 27,5 kali. Sedang price to book value (PBV) seebsar 2,3 kali. Hitungan Liliana sedikit lebih kecil. Ia memproyeksikan pendapatan dan laba bersih LPKR tahun ini masing-masing Rp 3,65 triliun dan Rp 572 miliar. Artinya, rasio PE perusahaan ini mencapai 29,5 kali dan PBV 2,1 kali.

Para analis memberi rekomendasi positif untuk LPKR. Baik Winny maupun Lydia sama-sama memasang rekomendasi buy dengan target harga Rp 890 per saham. Liliana merekomendasikan overweight dengan target Rp 800 per saham.

Harga LPKR kemarin tetap Rp 760 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie