Grup Astra Berusaha Memperkuat Lini Bisnis Jalan Tol



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Astra berupaya memperkuat lini bisnis infrastrukturnya melalui PT Astra Infra. Kinerja perusahaan ini sebagian besar berasal dari bisnis infrastruktur dan pengelolaan jalan tol.

Group COO Astra Infra Kris Ade Sudiyono menyampaikan, keberadaan Astra Infra sesuai dengan cita-cita pendiri Grup Astra yang ingin perusahaan ini mampu mencari solusi atas masalah kesenjangan infrastruktur publik di Indonesia. Salah satu solusi tersebut adalah menggenjot pembangunan jalan tol yang akan menghubungkan berbagai daerah di Tanah Air.

Saat ini, Astra Infra memiliki 8 konsensi jalan tol yang seluruhnya tersebar di Pulau Jawa. Di antaranya adalah jalan tol ruas Merak-Tangerang, Kelapa Gading-Pulogebang, Serang-Rangkasbitung, Kunciran-Serpong, Cikopo-Palimanan, Semarang-Solo, Jombang-Mojokerto, dan Kanci-Pejagan-Pemalang. Panjang seluruh jalan tol yang dimiliki Astra Infra mencapai 396 kilometer (km).


Baca Juga: Astra Infra Beri Pinjaman Rp 1,83 Triliun ke Anak Usaha Jasa Marga

"Kami ikut berkontribusi sebagai investor sekaligus operator jalan tol," ujar Kris Ade ketika ditemui KONTAN, Rabu (28/9).

Bisnis jalan tol Astra Infra menghadapi gempuran tantangan selama masa pandemi Covid-19. Trafik jalan tol Astra Infra sempat anjlok cukup dalam ketika gelombang pertama Covid-19 pada Mei 2020 silam. Butuh waktu sekitar 6 bulan untuk memulihkan kondisi trafik jalan tol tersebut.

Memasuki gelombang kedua Covid-19 pada Juli 2021, Astra Infra kembali mengalami penurunan trafik jalan tol. Namun, proses pemulihannya lebih cepat yakni sekitar 3 bulan saja. Trafik jalan tol Astra Infra pun tidak terlalu terganggu pada saat varian Omicron menerpa Indonesia di awal 2022. 

"Saat ini, trafik harian rata-rata jalan tol kami 26% lebih tinggi dibandingkan trafik rata-rata di tahun 2019," ungkap Kris Ade.

Lantas, Astra Infra berkomitmen terus meningkatkan kualitas jalan tolnya melalui serangkaian kegiatan perawatan dan rekonstruksi. 

Astra Infra bersama Astra Property juga mengembangkan bisnis rest area bernama Resta yang berlokasi di Km 456 ruas tol Semarang-Solo. Selain untuk beristirahat, rest area tersebut juga menyediakan tempat berbelanja dan aktivitas sosial lainnya.

Kris Ade mengaku, sesuai regulasi yang berlaku, tarif jalan tol Astra Infra berpeluang mengalami kenaikan pada tahun ini mengikuti tren inflasi. Ada beberapa ruas tol yang tarifnya berpeluang naik, contohnya Tangerang-Merak, Kunciran-Serpong, dan Pejagan-Pemalang. 

"Namun, keputusan penyesuaian tarif jalan tol adalah domain pemerintah, bukan kami," tegas dia. 

Baca Juga: Ada Pembangunan IKN, Astra Akan Optimalkan Pelabuhan Penajam Banua Taka

Meski belum blak-blakan, Astra Infra membuka peluang untuk akuisisi jalan tol di masa mendatang. Rencana tersebut masih dalam proses diskusi dan pastinya dilakukan secara selektif.

Selain jalan tol, Astra Infra juga mengintip kesempatan ekspansi bisnis di sektor bandara. Untuk saat ini, Manajemen Astra Infra masih harus menganalisis lebih dalam terkait peluang ekspansi tersebut, mengingat sektor penerbangan cukup terdampak ketika pandemi berlangsung. 

"Sekarang kami masih pelajari model bisnisnya. Secara umum, kami selalu menilai investasi secara jangka panjang," imbuh Kris Ade.

Tak ketinggalan, Grup Astra juga diuntungkan oleh proyek Ibukota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Pasalnya, Astra Infra mengelola Pelabuhan Penajam Banua Taka atau yang juga dikenal dengan nama Astra Infra Port - Eastkal yang berlokasi di kawasan Selat Malaka, Kaltim. Lokasi pelabuhan ini tak jauh dari wilayah IKN dan sangat dekat dengan jalur pelayaran internasional.

Grup Astra sendiri belum terlibat secara langsung dalam proyek IKN. "Saat ini, proyek infrastruktur dasar IKN masih diinisiasi langsung oleh pemerintah," tandas Kris Ade.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .