Grup Astra masih jadi jawara bursa



JAKARTA. Peta kapitalisasi pasar saham emiten konglomerasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) berubah di tahun ini. Naik turun nilai kapitalisasi saham emiten konglomerat, plus tambahan saham emiten baru, turut mendongkrak nilai pasar saham Indonesia.

Sebagai gambaran, per 30 Desember 2011, total kapitalisasi pasar modal Indonesia mencapai Rp 3.537,29 triliun. Per 21 Desember 2012, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) naik 15,07% menjadi Rp 4.070,3 triliun. Dari total nilai pasar saham di BEI, sekitar 22,2% ditopang oleh saham emiten dari enam kelompok usaha terkemuka di Indonesia.

Mereka adalah Grup Astra, Grup Salim, Grup Bakrie, Grup Lippo, Grup MNC, serta Grup Sinarmas. Total nilai pasar saham emiten di enam kelompok usaha ini sekitar Rp 905 triliun. Bisa jadi nilai pasar saham BEI lebih tinggi lagi jika kapitalisasi pasar enam kelompok usaha itu naik terus.


Persoalannya, nilai pasar saham dua grup usaha malah turun sepanjang tahun ini, yakni kapitalisasi pasar saham Grup Bakrie dan Grup Astra. Grup Bakrie sebagai contoh. Sejak awal tahun sampai 21 Desember 2012, kapitalisasi pasar sembilan emiten Grup Bakrie merosot 58,54%.

Sebagai perbandingan, akhir tahun lalu kapitalisasi pasar Grup Bakrie tercatat Rp 97,53 triliun. Per 21 Desember 2012, nilainya turun menjadi Rp 40,44 miliar. Begitu pula kapitalisasi pasar Grup Astra. Nilai saham emiten kelompok usaha ini turun 2% menjadi Rp 391,58 triliun per 21 Desember 2012. Toh, kapitalisasi Grup Astra tetap terbesar, menyusul di belakangnya emiten Grup Salim. Bila dihitung, bobot kapitalisasi saham Grup Astra terhadap indeks mencapai 9,62%. Ini mengindikasikan sensitivitas sentimen grup ini bisa mempengaruhi pergerakan bursa secara keseluruhan.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia menilai, anjloknya kapitalisasi emiten Grup Bakrie tak lepas dari kisruh perebutan kekuasaan di Bumi Plc, pemegang saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Tarik menarik kepentingan Grup Bakrie dengan Nathaniel Rothschild, menjadi sentimen negatif bagi saham BUMI. "Saham emiten Bakrie lainnya akhirnya terimbas cenderung negatif," kata Satrio, akhir pekan lalu.

Akhir tahun lalu, total nilai saham BUMI mencapai Rp 45,18 triliun saat harganya Rp 2.175 per saham. Per 21 Desember 2012, harga saham BUMI menjadi Rp 600 per saham, sehingga kapitalisasi pasar emiten ini turun menjadi Rp 12,46 triliun.

Menurut penilaian Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Grup Astra tetap akan menjadi motor penggerak bursa tahun depan. Terutama ditunjang oleh kinerja tiga punggawa utamanya, yakni PT Astra International Tbk (ASII), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Cuma, sejauh ini saham UNTR masih tersengat sentimen negatif penurunan harga komoditas, yang menurunkan permintaan alat berat. Di saat bersamaan, saham ASII bisa terserempet isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie