Grup Bakrie ekspansi usai restrukturisasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, emiten Grup Bakrie kembali berbenah. Sejumlah entitas usaha mulai mengambil langkah ekspansi sembari menjalani proses restrukturisasi utang.

Belum lama ini, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) telah menuntaskan tagihan utang US$ 30 juta melalui skema konversi utang ke saham. Sambil menuntaskan sisa kewajiban lainnya, ENRG mulai mendorong ekspansi bisnis.

Perusahaan ini bakal menggenjot produksi gas Blok Bentu di Riau menjadi 96 juta kaki kubik per hari (mmcfd). Januari lalu, ENRG meneken kontrak penjualan gas 56 miliar kaki kubik (bcf) ke Pertamina mulai 2019 dan berakhir 2021. "Peningkatan produksinya baru terjadi pada Januari 2019," ujar Investor Relation ENRG Herwin Hidayat pada KONTAN, belum lama ini.


PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga bakal mengambil langkah serupa setelah Mei 2017, BRMS berhasil merestrukturisasi utang senilai US$ 230 juta. Tahun ini, BRMS mulai fokus ekspansi dengan segera menambang emas Poboya di Palu.

Dengan asumsi harga emas di level US$ 1.300 per ons troi, pendapatan kotor dari tambang itu bisa mencapai US$ 100 juta per tahun. Dengan catatan, harga emas bisa stabil dan kapasitas produksi bisa maksimal, sekitar 80.000 ons per tahun.

Tapi, BRMS perlu dana US$ 150 juta untuk menambang. "Konstruksi dimulai setelah pendanaan tersedia. Tambang mulai beroperasi 2020 dan operasi penuh 18 bulan kemudian," jelas Herwin.

Di sisi lain, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) masih berkutat dengan sisa utang. Tahun lalu, BNBR sudah mengonversi utang senilai Rp 1 triliun. Nah, tahun ini, manajemen menargetkan bisa merestrukturisasi utang senilai Rp 2,5 triliun lagi.

Dari bisnis media, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) dan PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) juga akan melunasi utang dengan merilis obligasi global sekitar Rp 4 triliun.

David Sutyanto, Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas menilai, restrukturisasi utang dan ekspansi merupakan upaya Grup Bakrie untuk menjaga kelangsungan usahanya. David menilai ENRG merupakan emiten yang paling prospektif. "Tapi, sahamnya lebih cocok untuk trading," ujarnya.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat