Grup Bakrie memegang rekor rights issue terbesar



JAKARTA. Emiten dalam konglomerasi Grup Bakrie sejauh ini masih memegang rekor rights issue dengan nilai terbesar. Beberapa kali memang sempat ada wacana rights issue dengan nilai jumbo dari sejumlah emiten lain. Tapi, baru emiten Grup Bakrie yang benar-benar merealisasikannya.

Rights issue yang masih hangat adalah rights issue PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Rights issue yang berujung pada konversi utang ke saham ini memiliki total nilai Rp 35,07 triliun.

Rights issue tersebut dengan teknis setiap pemilik 1.034 saham akan memperoleh 1.000 HMETD seri A dan berhak membeli saham baru seri B di harga Rp 926,16. BUMI juga menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK). Setiap pemilik 1.000 saham akan memperoleh 284.494 HMETD seri B yang dapat ditukar dengan OWK seharga Rp 1.


Sepekan sebelumnya, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) resmi bisa memulai restrukturisasi utang dengan teknis yang serupa. Aksi korporasi ini diawali dengan penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) dengan harga pelaksanaan Rp 50 per unit. OWK itu yang akan dikonversi ke saham oleh para kreditur, yakni Credit Suisse AG cabang Singapura dan Daley Capital Limited. Total utang BNBR kepada dua kreditur ini mencapai US$ 77,9 juta.

Sehingga, BNBR akan menerbitkan 20,74 miliar saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD). Jumlah saham itu setara dengan 15,46% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Tapi, ini baru sebagian. Sebab, BNBR memberikan sinyal kuat untuk melakukan hal serupa kepada tiga kreditur lainnya, yakni Eurofa Capital Investment, Mitsubishi Corporation, dan Glencore International. BNBR menunggak utang senilai Rp 9 triliun kepada tiga kreditur ini.

Jauh sebelumnya, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga memiliki rencana menerbitkan 36,75 miliar saham seri B non-HMETD. Aksi korporasi ini merupakan bagian dari konversi utang menjadi saham.

Harga pelaksanaan transaksi ini Rp 84 per saham. Penetapan harga ini berdasarkan rata-rata perdagangan saham BRMS dalam 25 hari bursa. Sehingga, nilai aksi korporasi ini mencapai Rp 3,8 triliun.

Rights issue yang dilakukan para emiten Grup Bakrie tersebut pada akhirnya positif, tapi hanya bagi emiten. "Karena, memang hal ini yang bisa dilakukan dan paling murah," ujar Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Sekuritas Kepada KONTAN, Kamis (20/7).

Restrukturisasi utang yang dilakukan dengan konversi utang ke saham juga terbilang yang paling efektif mengurangi beban utang dengan cepat. Seperti BUMI misalnya.

Outstanding utang BUMI mencapai US$ 4,3 miliar. Dari utang tersebut, BUMI menanggung beban bunga senilai US$ 400 juta setiap tahun."Tentu hal ini sangat menekan laba bersih BUMI," ujar Yusuf Ade Winoto, analis Yuanta Sekuritas Indonesia dalam riset 11 Juli lalu.

Dengan rights issue yang dilanjutkan dengan konversi utang ke saham, lanjut Yusuf, utang BUMI bisa berkurang jadi US$ 2,2 miliar. Dengan tunggakan yang berkurang itu maka beban bunga tahunan BUMI akan berkurang jadi sekitar US$ 170 juta.

Hal ini tentunya positif bagi kinerja keuangan BUMI. Restrukturisasi utang juga akan terus dilakukan dalam kurun waktu dua hingga tahun kedepan. Sehingga, selepas tahun tersebut, BUMI bakal bebas dari jerat utang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati