JAKARTA. PT Santosa Agrindo (Santori) dan anak usahanya, PT Austasia Stockfeed mengantongi izin impor sapi sebanyak 25.000 ekor di kuartal IV tahun ini. Rinciannya, sebanyak 15.000 ekor adalah sapi bakalan dan 10.000 ekor adalah sapi siap potong. Dengan demikian, total kuota impor sapi Santori dan Austasia sepanjang tahun 2013 sekitar 56.492 ekor. Semula, anak usaha dari PT Japfa Comfeed Tbk ini memperoleh izin impor sapi bakalan sebanyak 5.000 ekor untuk kuartal empat. Dengan adanya perubahan tata niaga impor sapi, Santori mengajukan izin impor baru sebanyak 20.000 ekor. Namun, dari semua izin impor yang diberikan oleh Kementrian Perdagangan (Kemdag), sampai akhir tahun ini, Santori hanya mampu merealisasikan 23.000 ekor atau 92% dari jumlah kuota.
Sisa sebanyak 2.000 ekor baru akan masuk ke Indonesia pada Januari 2014. "Ada kerusakan kapal sehingga mengakibatkan jadwal pengapalan untuk impor sapi bergeser," ujar Ignatius Adiwira,
Head of Government Relation and Business Development PT Santosa Agrindo akhir pekan lalu. Proses perbaikan kapal ini menyebabkan jadwal pengiriman sapi yang terakhir tertunda, dari seharusnya 23 Desember 2013 menjadi 27 atau 28 Desember 2013. Alhasil, dengan perhitungan tersebut, sapi impor tersebut akan masuk Indonesia pada pekan pertama Januari 2014. Manajemen Santori, kata Iganatius, sudah melaporkan keterlambatan proses impor sapi tersebut kepada Kementerian Pertanian (Kemtan) dan Kementerian Perdagangan (Kemdag). Sejauh ini, dua instansi tersebut tak menyoal keterlambatan tersebut. "Tidak masalah asalkan pengapalannya tetap berjalan pada Desember," kata Bachrul Chairi, Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Luar Negeri Kemdag. Untuk tahun depan, Santori dan Austasia juga sedang bersiap-siap mengurus dokumen izin impornya. Meski tak menyebutkan total impor sapi tahun 2014, Ignatius menyatakan Santori akan mengajukan izin impor sapi sebanyak 12.000 ekor untuk periode kuartal pertama 2014. Australia naikkan harga Meski keran impor sapi dibuka bebas, harga daging sapi di dalam negeri sulit turun, masih di level Rp 90.000 hingga Rp 95.000 per kg. Ignatius menyatakan, harga daging sapi dalam negeri sulit turun karena Australia menaikkan harga sapi sebanyak US$ 0,35 per kilogram (kg). Saat ini, harga sapi bakalan atau sapi siap potong berbasis
cost, insurance, and freight (CIF) berada di kisaran US$ 2,9 sampai US$ 3 per kg. "Saat mendengar impor sapi dibebaskan, pihak Australia menaikkan harga," kata Ignatius. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga turut memukul para importir.
Tahun 2007 Santori mengawali usaha pembibitan atau pembiakan melalui Austasia Breeding Centre di Lampung yang berkapasitas 20.000 ekor. Saat ini populasi sapi pembibitan Santori mencapai 14.000 ekor, terdiri dari 8.000 ekor sapi indukan dan 6.000 ekor sapi anakan. Baru-baru ini, Santori membeli dua peternakan sapi di wilayah Australia Utara, Riveren Station dan Inverway Station. Kapasitas lahan peternakan itu mencapai 45.000 ekor sapi. Dari jumlah tersebut, 25.000 ekor di antaranya merupakan sapi indukan dan 12.000 ekor sapi bakalan. Setelah membeli peternakan sapi di Australia, total sapi indukan milik Santori mencapai 33.000 ekor. Santori memiliki dua
feedlot di Lampung yang menggemukan sapi eks impor dengan kapasitas 40.000 ekor. Santori juga memiliki satu
feedlot di Jawa Timur yang menggemukkan sapi lokal dengan kapasitas 15.000 ekor. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Fitri Arifenie