Grup Kalla nilai Jakarta Monorail tak transparan



Jakarta. Grup Kalla buka-bukaan menyusul kegagalan nya menguasai saham mayoritas PT Jakarta Monorail (JM). Perusahaan yang kembali mendapat lampu hijau dari Gubernur DKI Jakarta Jokowidodo untuk meneruskan proyek monorel yang mangkrak itu belakangan justru berpaling ke Ortus Group.

Grup Kalla merasa ditelikung oleh JM. Alasannya, JM  kurang transparan terkait keinginan perusahaan milik mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla ini melakukan due diligence atau penyelidikan untuk menilai kinerja perusahaan.

Sekretaris Perusahaan Grup Kalla Andi Asmir mengatakan, tahap due diligence dan memeriksa kembali feasibility study dari green line dan blue line sangat penting untuk menilai aset yang akan diambil alih. "Terlebih, barang yang akan kami ambil adalah barang mangkrak. Untuk itu, kami mau lihat tapi mereka (PT JM) tak mau terbuka," katanya, Kamis (14/2).


Lantaran kurang transparan dalam masalah tersebut, otomatis dalam mencapai proses penilaian terhadap aset yang akan diakuisisi membutuhkan waktu lebih lama. Akibatnya, saat due diligence belum dilaksanakan, tiba-tiba PT JM mengumumkan telah menggandeng Ortus Group yang bakal mendanai seluruh kebutuhan proyek monorel yang ditaksir senilai Rp 6,7 triliun.

Andi menegaskan, bukan hanya Ortus Group saja yang siap secara pendanaan, tapi Grup Kalla pun tidak ada persoalan dalam keuangan. Hanya, Andi menyatakan, sampai saat ini, pihaknya tidak maju atau mundur dalam pembangunan monorel di Ibukota. Sebab, Grup Kalla punya komitmen untuk mengatasi kemacetan di Jakarta yang makin akut. "Kami tidak ngotot untuk menggarap proyek ini. Kami juga tidak mundur karena sejatinya kami pun belum maju dalam proyek ini," kilah Andi.

Juru Bicara PT JM Bovanantoo mengakui, ada pembicaraan intensif dengan Grup Kalla selama tiga bulan terakhir. "Grup Kalla masih akan melakukan due diligence selama dua bulan. Ini waktu yang dianggap PT JM terlalu lama," jelasnya.

Bovanantoo menampik disebut tidak transparan. Pasalnya, semua hasil audit keuangan sudah dibuka, termasuk audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) soal tiang pancang milik PT Adhi Karya yang dihitung sebagai utang PT JM. "Kegagalan kesepakatan dengan Grup Kalla hanya dikarenakan perbedaan pemahaman dalam memandang dokumen-dokumen yang telah PT JM perlihatkan," ujarnya.

Sementara itu, Banyu Biru Djarot, Direktur Bisnis Ortus Group enggan mengomentari peluang Grup Kalla masuk dalam proyek ini. Alasannya, perusahaan milik Edward Soeryadjaya itu sedang fokus di proses akuisisi saham PT JM dan rencana pembangunan monorel. "Soal siapa dan pihak mana yang akan bergabung dengan Ortus, kami belum akan membahas soal itu," tandasnya.

Asal tahu saja, Ortus Group merupakan perusahaan manajemen aset investasi yang berbasis di Singapura. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dadan M. Ramdan