Grup Lippo dan sektor properti merajai LQ45



JAKARTA. Grup Lippo dan sektor properti merajai jajaran penghuni indeks saham LQ45. Lihat saja, rentetan sepuluh besar emiten dengan return atau imbal hasil saham tertinggi pada periode akhir Desember 2014 hingga 7 April 2015 didominasi oleh grup keluarga taipan James Riady dan sektor properti.

Peringkat teratas diduduki oleh Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dengan return 36,07%, lalu PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) di posisi berikutnya dengan imbal hasil 35,92%, kemudian PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) 34,8%, PT Untited Tractors tbk (UNTR) 31,9% dan PT Matahari Departmen Store Tbk (LPPF) 29,3%.

Di posisi keenam ada PT Sumarecon Agung Tbk (SMRA) dengan return 27,3%, lalu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 23,2%, PT Global Mediacom Tbk (BMTR) 23,16%, PT Bumi Serpong damai tbk (BSDE) 21,61% dan PT Ciputra Developmen (CTRA) dengan imbal hasil 20%.


Sementara pada periode yang sama tahun sebelum, sepuluh besar penghuni LQ45 dikuasai oleh sektor konstruksi dan properti. Posisi teratas dikuasai emiten kontruksi pelat merah berturut-turun yakni PT ADHI Karya Tbk (ADHI) dengan imbal hasil 119,5%, lalu PT Waskita Karya Tbk (WSKT) 95,06%, PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) 64,6 % dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) 59,18%. Emiten properti yang juga turut berkibar yakni PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Alam Sutera Tbk (ASRI),, PT summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).

Jhon Veter, Managing Director Investa Saran Mandiri menilai wajar jika kontruksi tak lagi bertengger di posisi teratas LQ45. Pasalnya, saham sektor kontruksi sudah naik cukup tajam pada kuartal IV 2014 karena ekspektasi yang cukup besar terhadap pembangunan infrastruktur pemerintahan Jokowi. “Karena kenaikannya sudah cukup tinggi maka wajar dia koreksi awal kuartal I tahun ini,” kata Jhon pada KONTAN, Selasa (7/3).

Selain itu, lanjut dia, koreksi saham sektor kontruksi juga terjadi akibat sentimen right issue yang akan digelar oleh ADHI dan WSKT. Belum adanya kejelasan tentang rencana right issue tersebut membuat orang memilih menahan diri terhadap saham kontruksi.

Hal senada diungkapkan Satrio Utomo, Analis Universal Broker. Menurutnya, belum keluarnya harga untuk rencana right issue yang akan dilakukan ADHI dan WSKT membuat orang menahan diri terhadap saham kontruksi. “Sementara tahun lalu saham kotruksi naik tinggi karena ekspektasi pasar pada Jokowi di tahun pemilu,” jelas Strio.

Sementara sentimen yang mendorong pertumbuhan grup Lippo tahun ini menurut Jhon lantaran laporan laba grup ini di tahun 2014 yang cukup bagus. Dia bilang, sepanjang laporan keuangan grup Lippo terus terjaga baik maka prospeknya masih akan cemerlang hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie