Grup Rajawali agresif memburu saham



JAKARTA. Grup Rajawali agresif melebarkan sayap bisnisnya lewat Bursa Efek Indonesia. Yang terbaru, PT Rajawali Corpora membeli saham emiten perkebunan, PT BW Plantation Tbk (BWPT). 

Perusahaan milik Peter Sondakh ini mengambil alih 21,54% saham BWPT dengan membeli saham milik Metacuna Group Ltd dan Pegasus CP One. Rajawali juga menempatkan Managing Director-Business Development & Investment Rajawali, Stephen Kurniawan Sulistyo sebagai Komisaris Utama BWPT. 

Kelik Irwantoro, Direktur Keuangan BWPT, menyatakan, mekanisme pembeliannya bukan melalui crossing saham. "Ini transaksi jual beli langsung di level atas," ujar Kelik kepada KONTAN, Senin (1/9). Itu sebabnya, Kelik mengaku belum mengetahui nilai transaksi tersebut.

Sebagai gambaran, pada penutupan bursa kemarin, harga saham BWPT berada di level Rp 1.035 per saham. Jika  nilai pembeliannya sama, setidaknya pembelian 21,54% saham BWPT mencapai sekitar Rp 997,2 miliar.

Pekan sebelumnya, Grup Rajawali juga menanam investasi di perusahaan periklanan PT Fortune Indonesia Tbk (FORU), melalui anak usahanya, PT Karya Citra Prima. Rajawali membeli 373 juta saham FORU setara 80,17% di harga Rp 270 per saham. Dus total nilai transaksi ini mencapai Rp 100 miliar. Rajawali pun berkewajiban menggelar tender offer saham FORU.

Empat tahun lalu, Rajawali juga memborong saham PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). Rajawali membeli saham META milik Infrastructure Growth Fund (IGF) sebanyak 3,2 miliar setara 23,6% total saham. Transaksi ini bernilai Rp 448 miliar. 

Di tahun yang sama, Rajawali juga masuk bursa saham lewat jalur belakang (backdoor listing) dengan membeli 70,85% saham PT Eatertainment International Tbk (SMMT), senilai Rp 12,74 miliar. Nama emiten ini kemudian diubah menjadi  PT Golden Eagle Energy Tbk. Fokus bisnisnya juga berubah dari emiten restoran piza, steik dan hiburan menjadi usaha di bidang pertambangan.

Selain empat nama tadi, Rajawali juga menguasai saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI).

David N Sutyanto, Analis First Asia Capital mengatakan, track record emiten yang digenggam Grup Rajawali profitabilitas terus meningkat. Rajawali pernah meraup Rp 3,35 triliun dari penjualan 56,96% saham PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) pada British American Tobacco (BAT) Plc.

Untuk pilihan saham, David menyukai TAXI, meski kinerjanya bisa turun karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.  Dia yakin, kinerja TAXI cepat pulih. 

Saham BWPT pun layak dicermati usai akuisisi ini. Analis MNC Securities, Dian Agustina mengatakan, BWPT akan lebih mudah mendapatkan pendanaan untuk penambahan lahan. Apalagi, saat ini lahan BWPT tertinggal dibanding emiten kebun lainnya.

David menilai, META dibayangi beban operasional karena menggunakan kurs dollar AS. Sementara FORU bisa berkembang dan termasuk yang disukai investor.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia