KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Salim tidak henti-hentinya melakukan ekspansi bisnis di berbagai sektor industri. Terbaru, Grup Salim dikabarkan menjadi pemegang saham emiten kontraktor tambang milik Grup Bakrie, PT Darma Henwa Tbk (DEWA). Desas-desus masuknya Grup Salim ke DEWA terlihat dari mundurnya direksi emiten tersebut, yakni Rio Supin (Presiden Direktur) dan Prabhakaran Balasubramanian (Direktur). Ada rumor yang menyebut bahwa Grup Salim akan menempatkan orang kepercayaannya yaitu Teguh Boentoro di jajaran manajemen DEWA. Rabu (14/6) ini DEWA menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang salah satu mata acaranya adalah perubahan/penetapan kembali susunan pengurus perusahaan.
Meski belum ada konfirmasi resmi dari Manajemen DEWA terkait isu masuknya Grup Salim, tampak harga saham DEWA melejit 22% pada perdagangan Rabu (14/6) ke level Rp 61 per saham. Padahal, sudah berbulan-bulan lamanya saham DEWA terjebak di level gocap alias Rp 50 per saham.
Baca Juga: Salim Ivomas (SIMP) Gugat KPPU, Pasca Didenda Rp 40,89 Miliar di Kasus Minyak Goreng Bukan kali ini saja Grup Salim yang di bawah komando Anthoni Salim masuk menjadi pemegang saham emiten Grup Bakrie. Sebelumnya, Grup Salim melalui dua perusahaan cangkang, yakni Mach Energy Limited (MEL) dan Treasure Global Investment (TGIL) telah menjadi pemegang saham PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) lewat skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau
private placement. Berdasarkan catatan Kontan.co.id, dalam
private placement yang digelar pada Oktober 2022 lalu, Grup Salim merogoh kocek senilai Rp 15,33 triliun untuk memiliki 127,75 juta saham BUMI. Director & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava menyebut, Grup Salim menjalin hubungan
joint control dengan Grup Bakrie di BUMI yang diharapkan akan semakin meningkatkan kinerja bisnis perusahaan tersebut pada masa mendatang. “Pengendalian bersama ini memiliki tujuan untuk mengoptimalkan kinerja bisnis batubara dan pengembangan hilirisasi batubara maupun diversifikasi ke sektor nonbatubara,” ungkap dia kepada Kontan.co.id, Rabu (14/6).
Baca Juga: Andalkan Mi Instan dari ICBP, Intip Rekomendasi Saham Indofood Sukses Makmur (INDF) Masih di emiten Grup Bakrie, Anthoni Salim juga memiliki pengaruh di PT Bumi Resources Minerals Tbk (
BRMS). Direktur Utama BRMS Agoes Projosasmito disebut-sebut merupakan perwakilan Grup Salim di emiten tersebut. Grup Salim juga masuk ke BRMS melalui Emirates Tarian Global Ventures yang notabene menggenggam 25,10% saham emiten pertambangan mineral ini. Di sektor lainnya seperti jalan tol, tahun lalu Grup Salim lewat PT Margautama Nusantara (MUN) yang merupakan anak usaha PT Nusantara Infrastructure Tbk (
META) mengakuisisi 40% saham Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek yang sebelumnya dimiliki PT Jasa Marga (Persero) Tbk (
JSMR) lewat anak usahanya. MUN dan Jasa Marga menyepakati akta jual beli saham atau
sales purchase agreement (SPA) senilai Rp 4,38 triliun. Grup Salim juga sempat ekspansi di sektor properti. Tahun lalu Grup Salim lewat perusahaan di bidang pengelola dana pensiun, PT Indolife Pensiontama rajin mengakumulasi saham PT Metropolitan Land Tbk (MTLA).
Baca Juga: Amman Mineral Internasional IPO, Bumi Resources Minerals (BRMS) Bakal Kebagian Berkah Merujuk berita sebelumnya, Indolife Pensiontama memiliki 317.065.000 saham MTLA atau setara 4,14% per 31 Desember 2021. Kemudian, per 28 Juli 2022, kepemilikan saham Indolife di MTLA bertambah menjadi 388.565.000 saham atau setara 5,08%. Namun, sekitar bulan September, Grup Salim mendivestasi 13,4 juta saham MTLA di harga Rp 356 per saham, sehingga porsi kepemilikan mereka berkurang jadi 4,90%. Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, ekspansi Grup Salim ke emiten-emiten Grup Bakrie, juga emiten di sektor lainnya dalam beberapa waktu terakhir tak lepas dari upaya mereka untuk terus mengembangkan portofolio bisnisnya. Bukan tidak mungkin Salim akan mengintegrasikan perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor industri yang dikendalikannya dalam suatu mata rantai pasok. “Mereka (Grup Salim) pasti akan punya peranan penting di tiap emiten yang diinvestasikannya,” ujar Nafan, Rabu (14/6). Senada, Direktur Avere Investama sekaligus Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menyampaikan, upaya pengintegrasian bisnis terlihat dari langkah Grup Salim ketika masuk ke DEWA. Pasalnya, kontributor terbesar pendapatan DEWA diperoleh dari jasa pertambangan untuk anak usaha BUMI, yakni PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia. “Jadi, kalau pemilik tambang dan kontraktor tambangnya berada di bawah kendali yang sama, ini tentu akan memudahkan Grup Salim dalam menjalankan bisnisnya,” ungkap dia, Rabu (14/6).
Baca Juga: Laba Bumi Resources (BUMI) Melesat 39,3% Menjadi US$ 60,2 Juta pada Kuartal I-2023 Kendati begitu, investor ritel tetap harus cermat ketika hendak berinvestasi di saham-saham yang terafiliasi atau baru saja dimiliki oleh Grup Salim. Berkaca dari ekspansi Salim di Grup Bakrie, saham BUMI hanya melonjak signifkan ketika periode
private placement berlangsung. Sebab,
private placement itulah yang menjadi cara Salim untuk masuk ke BUMI. Setelah itu, saham BUMI cenderung bergerak turun seiring koreksi harga batubara. Mengutip RTI, saham BUMI anjlok 29,81%
year to date (ytd) ke level Rp 113 per saham pada hari ini (14/6).
“Kalau melihat kasus BUMI, investor tampaknya membeli saham BUMI lebih karena ekspektasi masuknya Salim ketimbang prospek kinerja,” terang Teguh. Sementara Nafan bilang, pada dasarnya Grup Salim pasti selalu memiliki orientasi jangka panjang ketika berekspansi di berbagai emiten sektor tertentu. Alhasil, dampak ekspansi Salim terhadap kinerja keuangan dan harga saham emiten-emiten yang bersangkutan pada tahun-tahun mendatang. Dengan begitu, investor mesti lebih bersabar dan selalu mempertimbangkan berbagai risiko ketika mau berinvestasi di emiten yang terafiliasi Grup Salim. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati