KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) nampaknya tahun ini belum mampu memenuhi realisasi batu bara sesuai target. Pasalnya, hingga kuartal ketiga kemarin, volume produksi batu bara GTBO baru menyentuh 929 ribu Metric Ton (MT). Angka ini turun sekitar 50% bila dibandingkan realisasi pada kuartal ketiga tahun 2018 yang mencapai 1,82 juta MT. Tak ayal turunnya realisasi batu bara yang dialami GTBO ini memengaruhi jumlah penjualan batu bara. Per kuartal ketiga, GTBO tercatat memperoleh US$ 15,3 juta, turun 51% secara year on year (yoy). Pada periode yang sama pada tahun 2018 silam, GTBO mendapatkan US$ 29,88 juta dari penjualan batubara. Baca Juga: Garda Tujuh Buana (GTBO) lanjutkan eksplorasi tambang emas Direktur Keuangan GTBO Jones Manulang tidak terlalu khawatir dengan performa GTBO yang merosot dibanding tahun lalu. “Dari segi penjualan dan realisasi memang turun, tapi ini lebih karena faktor eksternal. Bukan karena kinerja perusahaan yang buruk,” ujarnya pada Kontan.co.id, Kamis (19/12). Lebih lanjut, Jones menjelaskan sentimen perang dagang antara China dan Amerika Serikat merupakan faktor utama anjloknya permintaan batu bara. Menurutnya, akibat perang dagang tersebut, China mengurangi penggunaan batu bara impor dan GTBO terkena imbasnya. Sebab pangsa ekspor utama GTBO adalah China. Akibatnya GTBO tercatat merugi dari segi pendapatan. Pada kuartal ketiga ini mereka menorehkan rugi kotor senilai US$ 3,28 juta, padahal pada kuartal ketiga tahun lalu, mereka menorehkan laba kotor senilai US$ 9,88 juta. Melihat kondisi pasar yang tengah lesu, Jones menuturkan perusahaannya menargetkan realisasi batu bara pada akhir tahun nanti hanya 1 juta MT. Angka tersebut turun setengah dari target realisasi semula yakni 2 juta MT.
GTBO tak berhasil capai target realisasi penjualan batubara 2019
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) nampaknya tahun ini belum mampu memenuhi realisasi batu bara sesuai target. Pasalnya, hingga kuartal ketiga kemarin, volume produksi batu bara GTBO baru menyentuh 929 ribu Metric Ton (MT). Angka ini turun sekitar 50% bila dibandingkan realisasi pada kuartal ketiga tahun 2018 yang mencapai 1,82 juta MT. Tak ayal turunnya realisasi batu bara yang dialami GTBO ini memengaruhi jumlah penjualan batu bara. Per kuartal ketiga, GTBO tercatat memperoleh US$ 15,3 juta, turun 51% secara year on year (yoy). Pada periode yang sama pada tahun 2018 silam, GTBO mendapatkan US$ 29,88 juta dari penjualan batubara. Baca Juga: Garda Tujuh Buana (GTBO) lanjutkan eksplorasi tambang emas Direktur Keuangan GTBO Jones Manulang tidak terlalu khawatir dengan performa GTBO yang merosot dibanding tahun lalu. “Dari segi penjualan dan realisasi memang turun, tapi ini lebih karena faktor eksternal. Bukan karena kinerja perusahaan yang buruk,” ujarnya pada Kontan.co.id, Kamis (19/12). Lebih lanjut, Jones menjelaskan sentimen perang dagang antara China dan Amerika Serikat merupakan faktor utama anjloknya permintaan batu bara. Menurutnya, akibat perang dagang tersebut, China mengurangi penggunaan batu bara impor dan GTBO terkena imbasnya. Sebab pangsa ekspor utama GTBO adalah China. Akibatnya GTBO tercatat merugi dari segi pendapatan. Pada kuartal ketiga ini mereka menorehkan rugi kotor senilai US$ 3,28 juta, padahal pada kuartal ketiga tahun lalu, mereka menorehkan laba kotor senilai US$ 9,88 juta. Melihat kondisi pasar yang tengah lesu, Jones menuturkan perusahaannya menargetkan realisasi batu bara pada akhir tahun nanti hanya 1 juta MT. Angka tersebut turun setengah dari target realisasi semula yakni 2 juta MT.