GTS Internasional (GTSI) bakal tunjuk shipyard pembangunan FSRU akhir Oktober 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pengangkutan gas alam cair PT GTS Internasional Tbk (GTSI) bakal mulai membangun Floating Storage & Regasification Unit (FSRU) permanen di Amurang, Sulawesi Utara pada kuartal IV-2021. Saat ini, GTSI tengah melakukan diskusi untuk menentukan perusahaan galangan kapal (shipyard) yang akan membangun FSRU permanen tersebut.

Direktur GTSI Dandun Widodo mengatakan, penunjukan perusahaan galangan kapal ditargetkan dapat terlaksana pada akhir Oktober 2021 sehingga pembangunan FSRU bisa segera dilakukan. Pembangunan FSRU permanen berkapasitas 15.000 meter kubik ini diperkirakan bakal memakan waktu 16 bulan atau 18 bulan.

"Kami bentuk satu tim yang menilai dengan beberapa aspek pembobotan, salah satunya kecepatan untuk delivery di FSRU itu sendiri. Kalau nanti shipyard yang jadi pemenangnya punya estimasi waktu 18 bulan, maka waktu pengerjaannya selama 18 bulan sejak Oktober 2021 ini," tutur Dandun saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (8/10). 


Baca Juga: Setelah IPO, GTS Internasional (GTSI) bakal bangun FSRU mulai kuartal IV tahun ini

Pembangunan FSRU permanan di Sulawesi Utara ini merupakan bagian dari kesepakatan anak usaha GTSI, yakni PT Sulawesi Regas Satu dengan PT PLN Gas & Geothermal, anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk penyediaan bahan baku listrik di Sulawesi Utara. Kontrak yang diperoleh sejak tahun 2019 ini berlaku untuk jangka waktu 15 tahun.

Dalam perjanjiannya, GTSI diperbolehkan menyewa kapal temporer pada dua tahun pertama sejak kontrak diteken. Kemudian, setelah itu, GTSI harus membangun FSRU permanen untuk memasok gas ke pembangkit listrik PLN. 

Di proyek ini, GTSI bertugas mengangkut dan mengubah gas alam cair alias liquified natural gas (LNG) menjadi gas melalui proses regasifikasi. GTSI mengangkut LNG dari sumber di Bontang atau Tangguh menggunakan kapal miliknya, yakni Ekaputra 1 atau Triputra ke FSRU dan mengubahnya menjadi gas. Setelahnya, gas tersebut akan disalurkan ke pembangkit lstrik.

Dalam rangka memperoleh tambahan dana pembangunan FSRU tersebut, anak usaha PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) ini melaksanakan initial public offering (IPO)  pada awal September 2021. Dari dana hasil IPO yang sebesar Rp 240 miliar, GTSI menyalurkan 64%-nya ke PT Anoa Sulawesi Regas (induk PT Sulawesi Regas Satu) dalam bentuk pinjaman dalam rangka membangun FSRU permanen ini. 

Berdasarkan prospektus IPO GTSI, perkiraaan dana yang dibutukan untuk membangun FSRU ini sebesar US$ 55 juta. Dengan menggunakan asumsi kurs Rp 14.300 per dollar AS, maka nilainya setara Rp 786,5 miliar.

Dandun yakin, keberadaan FSRU permanen ini dapat mengurangi beban yang akan dikeluarkan perusahaan. "Pasalnya, ada perbedaan antara menyewa kapal dengan menggunakan kapal sendiri, laba kotor dan beban operasional berbeda. Setelah ada FSRU permanen, beban perusahaan akan berkurang signifikan," ungkap Dandun. 

Berdasarkan prospektus IPO GTSI, hingga Mei 2021, GTSI memperoleh pendapatan sebesar US$ 7,94 juta atau turun 35% dari realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 12,23 juta. Sejalan dengan itu, GTSI menanggung rugi periode berjalan sebesar US$ 660.981, berbanding terbalik dengan periode sama tahun sebelumnya yang mencatat keuntungan US$ 5,28 juta.

Selanjutnya: Usai IPO, GTS Internasional (GTSI) bakal bangun FSRU mulai triwulan empat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat