KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pelayaran PT GTS Internasional Tbk (GTSI) membukukan pendapatan sebesar US$21,14 juta atau setara Rp313,91 miliar (kurs Rp14.848 per dolar AS) sepanjang semester I-2022. Capaian tersebut melonjak 117,9% year on year (yoy) dari perolehan tahun sebelumnya US$ 9,76 juta setara Rp 144,97 miliar. Direktur GTSI Dandun Widodo mengatakan, peningkatan posisi pendapatan berdampak pada kinerja laba yang kini berbalik untung. GTSI meraup laba tahun berjalan US$4,18 juta setara Rp 62,05 miliar hingga paruh pertama tahun ini. Perolehan itu berbanding terbalik dengan kinerja GTSI pada periode sama tahun lalu yang mencatat rugi US$ 724.390.
Baca Juga: Prospek Bisnis dan Kinerja GTS Internasional (GTSI) Terkerek Kontrak BP Berau Capaian kinerja periode ini melanjutkan pertumbuhan kinerja positif perseroan pada kuartal I-2022. GTSI memperoleh pendapatan sebesar US$ 10,45 juta atau setara Rp 155,16 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini. Adapun laba tahun berjalan yang dicatatkan pada kuartal I-2022 sebesar US$ 1,89 juta atau setara Rp 27,95 miliar. “Hingga akhir 2022, perseroan memproyeksikan kinerja keuangan yang tumbuh positif dengan memperoleh total pendapatan mencapai US$42,19 juta setara Rp626,44 miliar. Target tersebut melonjak 37% dibandingkan dengan pendapatan tahunan GTSI pada 2021,” kata Dandun dalam keterangannya, Kamis (28/7). Sementara itu, perseroan turut membidik keuntungan US$ 8,11 juta setara Rp120,49 miliar sepanjang 2022 atau membalikkan kinerja perseroan yang tercatat rugi US$16,21 juta pada 2021. Dandun optimistis target-target tersebut dapat tercapai sejalan dengan peningkatan kinerja di seluruh lini bisnis perseroan. Dandun memaparkan prospek cerah bisnis perseroan pada segmen transportasi gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) khususnya di wilayah Indonesia Tengah dan Timur. “Gasifikasi 33 pembangkit listrik di wilayah Indonesia Tengah dan Timur jadi target pangsa pasar GTSI selanjutnya. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah terhadap upaya peningkatan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025,” terang Dandun. Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah meneken Keputusan Menteri No. 13 Tahun 2020 tentang Gasifikasi Pembangkit Tenaga Listrik. Dalam aturan tersebut, terdapat 33 titik pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang bakal segera disulap menjadi pembangkit listrik berbasis gas bumi (PLTG) oleh PT Pertamina (Persero). Nantinya, lanjut Dandun, sebanyak 33 titik gasifikasi pembangkit listrik itu akan membutuhkan pasokan gas bumi dengan kapasitas mulai dari 0,5 sampai 8 billion british thermal unit per day (BBTUD) yang akan commercial operation date (COD) pada 2024.
GTSI Chart by TradingView