Gubernur Bank Sentral Bangladesh dan Ketua MA Mundur di Tengah Gelombang Protes



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Bank Bangladesh Abdur Rouf Talukder dan Ketua Mahkamah Agung Obaidul Hassan mengundurkan diri, menambah gejolak ekonomi dan administratif beberapa hari setelah demonstrasi berdarah mahasiswa yang menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina pemerintahan Sheikh Hasina.

Melansir dari Bloomberg, Talukder mengundurkan diri pada Jumat (9/8) kata Salehuddin Ahmed, penasihat keuangan pemerintah sementara Bangladesh yang baru. Ia meninggalkan jabatannya dua tahun sebelum masa jabatannya berakhir.

Baca Juga: Peraih Nobel Muhammad Yunus Tiba di Bangladesh untuk Memimpin Pemerintahan Sementara


Obaidul Hassan juga mengundurkan diri setelah tekanan dari para pengunjuk rasa yang menyerukan pengunduran dirinya, menurut media lokal. Asif Nazrul, penasihat hukum pemerintah sementara, mengkonfirmasi berita tersebut dalam sebuah postingan di Facebook. 

Selain itu, kepergian Obaidul Hassan juga terjadi setelah pemberontakan politik dramatis yang memaksa Hasina untuk meninggalkan negara tersebut. 

Awal pekan ini, para pengunjuk rasa memasuki kantor pusat Bank Bangladesh di Dhaka, menuntut para pejabat untuk mundur. Pada Sabtu (10/8) pengunjuk rasa tersebut mengalihkan perhatian mereka ke Mahkamah Agung, menyerukan pengunduran diri semua hakim.

Sementara itu, Bangladesh membentuk pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Nobel Muhammad Yunus, setelah berminggu-minggu protes jalanan dengan kekerasan yang mengakibatkan lebih dari 400 orang meninggal sejak Juli. 

Baca Juga: Bangladesh Ada di Bawah Kendali Militer Pasca PM Hasina Melarikan Diri

Untuk diketahui, Talukder, 60 tahun, mulai menjabat pada Juli 2022 ketika negara ini menghadapi devaluasi mata uang dan inflasi yang tinggi. Selama masa pemerintahannya, ia mencoba memperkenalkan fleksibilitas yang lebih besar dalam suku bunga pasar dan manajemen mata uang. 

Namun, ia sering dikritik karena gagal mengatasi masalah tata kelola di sektor perbankan yang menyebabkan tingginya tingkat kredit macet.

Bank sentral tidak menanggapi email yang meminta informasi lebih lanjut mengenai pengunduran diri Talukder dan penggantinya.

Perekonomian Bangladesh telah berjuang untuk memperbaiki ekoniminya sejak pandemi Covid -19. Negara ini mendapatkan program pinjaman sebesar US$ 4,7 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF) tahun lalu, namun cadangan devisanya masih rendah. Cadangan devisa turun menjadi US$ 20,5 miliar pada bulan Juli.

Editor: Yudho Winarto
TAG: