JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo memperkirakan, defisit neraca transaksi berjalan atau curret account deficits bisa lebih dalam pada kuartal kedua tahun ini. Menurutnya, ada dua faktor yang akan membuat defisit neraca transaksi berjalan lebih buruk ketimbang di kuartal pertama. Pertama, dikarenakan jumlah impor yang masih tinggi, terutama karena impor bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang masih besar seiring dengan tingkat konsumsi yang belum mengalami penurunan. Hal itu, terlihat dari neraca perdagangan yang masih mengalami defisit pada bulan Mei 2013 lalu. Kedua, kinerja ekspor Indonesia yang juga belum menunjukan pertumbuhan. Agus menilai, hal itu lantaran harga komoditas yang masih menunjukkan tren menurun. Kondisi ini dipicu laju perekonomian di negara tujuan ekspor masih melambat.
Gubernur BI: defisit perdagangan Q2 semakin dalam
JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo memperkirakan, defisit neraca transaksi berjalan atau curret account deficits bisa lebih dalam pada kuartal kedua tahun ini. Menurutnya, ada dua faktor yang akan membuat defisit neraca transaksi berjalan lebih buruk ketimbang di kuartal pertama. Pertama, dikarenakan jumlah impor yang masih tinggi, terutama karena impor bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang masih besar seiring dengan tingkat konsumsi yang belum mengalami penurunan. Hal itu, terlihat dari neraca perdagangan yang masih mengalami defisit pada bulan Mei 2013 lalu. Kedua, kinerja ekspor Indonesia yang juga belum menunjukan pertumbuhan. Agus menilai, hal itu lantaran harga komoditas yang masih menunjukkan tren menurun. Kondisi ini dipicu laju perekonomian di negara tujuan ekspor masih melambat.