KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memprediksi penurunan suku bunga kebijakan Amerika Serikat, yakni Fed Funds Rate (FFR), dapat terjadi lebih cepat dari perkiraan sebelumnya pada akhir tahun 2024. Hal ini terjadi di tengah tingginya yield US Treasury 10 tahun karena kebutuhan defisit anggaran pemerintah AS. Gubernur BI Perry Warjiyo menduga suku bunga FFR akan mulai turun pada November 2024, lebih cepat dari perkiraan sebelumnya yang pada Desember 2024.
"Yang semula FFR itu kami perkirakan baru turun di Desember, ada probabilitas semakin besar bisa maju ke November," ujar Perry dalam Konferensi Pers di Jakarta.
Baca Juga: Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed Meningkat, Harga Emas Catat Rekor Dengan kemungkinan penurunan FFR yang lebih cepat, Perry meyakini Rupiah akan lebih stabil. "Kami belum berani mengatakan akan maju ke September meskipun pasar ada yang memperkirakan masuk September. Tapi kami perkirakan yang terkini ada probabilitas FFR turun di November," tambahnya. Sebelumnya, Menteri Keuangan 2013-2014 sekaligus Ekonom Senior, Chatib Basri, memperkirakan The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuannya pada September 2024 mendatang sesuai dengan ekspektasi pasar. “Ini adalah pendapat pribadi saya. Saya tidak berpikir The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan September. Ini karena dua alasan,” tutur Chatib dalam agenda Market Outlook 2024, Selasa (16/7).
Baca Juga: The Fed Tidak Akan Tunggu Inflasi Turun Jadi 2% untuk Pangkas Suku Bunga Alasan pertama, tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) mulai meningkat yakni sebesar 3,9%.
Sehingga The Fed diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga di level 5,25%-5,50% sampai tingkat pengangguran alami di AS mencapai 5%. Dengan target inflasi 2%, maka penurunan suku bunga baru akan terjadi. Kedua, akan sulit bagi The Fed untuk mengambil keputusan menurunkan suku bunga sebelum pemilihan umum (pemilu) berlangsung pada November 2024 mendatang. Dengan begitu, Chatib menduga The Fed baru akan menurunkan suku bunga pada akhir Desember 2024, kecuali jika tren pasar tenaga kerja di AS tidak lagi seketat yang terjadi sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .